Demikianlah Firdaus menjadi mesin uang yang diperas siang malam memenuhi hasrat para lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Suatu masa ketika Firdaus memutuskan untuk pergi dan keluar dari pekerjaan itu, mucikarinya tak mengizinkan. Disitulah terjadi pertengkaran hebat yang membuat Firdaus dapat dengan mudah menancapkan pisau ke sekujur tubuh si mucikari, yang berakhir dengan hukuman mati si Firdaus.
Firdaus yang malang. Tak ayal jika novel ini memang berjudul Perempuan di Titik Nol. Siapapun yang menjadi Firdaus, sudah tentu ini merupakan titik terendah bagi dirinya, atas ketidakberdayaannya melawan perlakuan semena-mena dari kaum lelaki.
Pada akhirnya, novel ini merupakan sebuah pelajaran berharga bagi kita semua, baik laki-laki maupun perempuan untuk menyadari betapa pentingnya arti kesetaraan gender dan membuang jauh-jauh budaya patriarki. Kisah Firdaus hanyalah satu dari sekian banyak kasus pelecehan terhadap harga diri perempuan yang tidak tersampaikan untuk diketahui banyak orang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H