Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Bunuh Diri? Bukan Solusi!

24 Januari 2019   13:00 Diperbarui: 24 Januari 2019   13:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bunuh diri? "Aku depresi!" "Karna saya sudah tidak sanggup menafkahi keluarga" "Di bully teman!" "Tidak ada tempat bercerita" dan masih banyak lagi alasan yang terlontar dari seseorang yang ingin mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Bukan hal yang tabu bagi masyarakat sekitar mendengar berita ini.

Populasi orang meninggal karna kasus dunuh diri setiap tahunnya semakin meningkat. Dalam satu hari setidaknya ada dua atau tiga orang melakukan percobaan bunuh diri. Kasus bunuh diri di tingkat Global, lebih dari 800.000 jiwa. 75% kasus bunuh diri terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Pada tahun 2012 korban bunuh diri di Indonesia meningkat sebesar 10.000, sedangkan tahun 2010 korban bunuh diri sebanyak 5.000 dan Indonesia menduduki peringkat ke-114 di dunia, dengan 3,7 per 100.000 penduduk yang memutuskan mengakiri hidupnya dengan bunuh diri.  

Tingkat bunuh diri tertinggi pada usia paruh baya mereka yang berumur di atas 35 tahun dan di bawah 58 tahun atau usia lanjut 60 tahun ke atas. Mereka mengakhiri hidupnya karna sudah merasa cukup, atau sudah ingin segera lekas pergi dari dunia. Tingkat tertinggi kedua yaitu usia 15 tahun sampai 29 tahun. Mereka memutuskan untuk bunuh diri bukan karna faktor tunggal.

Perbedaan gender dalam kasus bunuh diri. Di dunia Barat pria tiga sampai empat kali lebih banyak, walaupun wanita empat kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri. Secara umum, pria melakuakn tindakan bunuh diri mengunakan senjata api, pisau atau alat keras lainnya. Wanita cenderung memilih metode meracuni dirinya atau overdosis. Secara luas pria lebih menyumbang angka kematian tertinggi akibat bunuh diri di banding wanita.

Metode yang di lakukan untuk bunuh diri sangat beragam, di Amerika Serikat senjata Api adalah metode yang paling sering di gunakan untuk mengakhiri hidup. Di negara berpengahsilan rendah dengan akses mudah ke sarana, ganung diri merupakan metode umum untuk mengakhiri hidup. Metode lain yang di gunakan untuk bunuh diri ialah meracuni diri sendiri (dengan cara minum racun, obat-obatan terlarang, karbon monoksida), terjun bebas / lompat dari ketinggian, dan menusuk/menikam.

 Dampak perbedaan budaya pada kasus ini juga berpengaruh. Contohnya di Korea selatan mencapai 22 per 100.000 manusia, dengan tingkat tinggi secara umum di Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Karna budaya di Korea Selatan yang tidak mengenal istilah curhat sebagaimana umumnya di Indonesia maupun di negara lainnya, karna bagi mereka memalukan jika orang lain tahu menderitaan yang mereka alami.

Lokasi aksi bunuh diri menjadi salah satu trend. 10 lokasi di dunia yang terkenal sebagai tempat bunuh diri. Yaitu Jembatan Sunshine Skyway, Florida. Beachy Head, Inggris. The Gap, Australia. Air Terjun Niagara, Amerika. London Underground, Inggris. Corinth Canal, Yunani. Jembatan Golden Gate, Amerika. Hutan Aokigahara, Jepang. Gunung Mihara, Jepang dan Jembatan Sungai Yangtze, Nanjing. Tempat- tempat tersebut di gunakan untuk melancarkan aksi mereka. Di Hutan Aokigahara, di perkirakan tahun 2010 ada 200 orang yang bunuh diri di dalam hutan. Jangan heran jika sedang berwisata di dalam hutan Aokigahara bertemu dengan mayat.

Di Indonesia juga terdapat lokasi yang sering di jadikan tempat bunuh diri, salah satunya yaitu kabupaten Gunungkidul, daerah istimewa Yogyakarta. Gunungkidul merupakan salah satu daerah dengan kasus bunuh diri tertinggi di Indeonesia, data di tahun 2001 sampai 2017 tercatat  459 kasus bunuh diri dan setiap tahunnya ada 27 kasus.

Kasus bunuh diri memiliki latar belakang yang berbeda, tidak hanya satu faktor tunggal. Penyebabnya yaitu oleh faktor multifactorial seperti; psikologis, biologis dan sosial. Unsur ini saling menunjang. Psikologis adalah ganguan yang terdapat pada diri seseorang, biasanya seseorang mengangap hidupnya sudah tidak ada harapan dan tidak punya tujuan yang pasti. Mereka yang memiliki tingkat metal yang rendah akan menganggap bunuh diri sebagai ungkapan rasa frustasi.

Faktor Biologis adalah akibat gangguan kejiwaan secara genetik atau keturunan, yaitu depresi. Seseorang yang memiliki depresi biasanya tidak bisa berfikir secara jernih, bahkan terkadang mendengar suara-suara yang mengarahkan dia melakukan tindakan di luar logika. Sedangkan faktor sosial ialah mental yang terbentuk dari lingkungan sekitar, tuntutan gaya hidup semakin tinggi dan orang sangat mudah mengkomentari gaya hidup orang lain, sehingga dapat membunuh mental seseorang dengan cepat ataupun lambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun