Mohon tunggu...
A J K
A J K Mohon Tunggu... ada saja di rumah, gak kemana-mana koq... -

mantan calon penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Belang: Jemuran Kutang dan Bantal Guling Penuh Iler

18 Desember 2011   08:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:06 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

...

...Di tepian tanah lapangan nan belang; Belalang kecil meloncat-loncat. Antara keritingnya rumput bersampah; tergerai lecek di sudut botol-botol : "Kertas koran dibuntal-buntel bekas orgasme semalam anyir rasanya". (Pastilah ada kondom merah stroberi habis dipakai gilir-gilir). Dan teduh beringinnya berdaun rimbun : Payungi kawat-kawat banyak jemuran kutang dan bantal guling penuh iler...

...Di ujung utara dekat pangkalan ojek (Sebelahnya kios cukur rambut dan bulu-buluan) : Segerombol kecil anak berkolor bermain bola dan layangan. Badannya mengkilat. Berkeringat baunya kecut. Rebut-rebut. Tarik-tarikan. Kejar-kejar. Lompat-lompatan. Dan meluncurnya deras satu menubruk dipan kayu gerobak bakso : Si empunya maki-maki; jatuh mengaduh tersikut siku borokan, terinjak gundukan selangkangannya sakit, "Dasar bocah uedan. Ta' pateni kamu" umpatnya. Mereka tertawa pingkal-pingkal dan berlari ke tepian selatan. (Menonton perempuan gila montok menari-nari setengah telanjang)...

...Di tepian hari-hari tanah lapang yang gersang : Betapa banyak perut digantungnya nasib wajah anak dan istri. Di bawah matahari jingga hingga rembulan nongol sepotong; gonta-ganti di sini : Hasrat cita-cita nan hilir mudik...

...Penjual gorengan; mangkal himpit-himpit di lapaknya pelacur murah kelamin gatal. Tukang becak tua jelalatan; ngos-ngosan merebut simpati satu calon penumpang berpaha mulus dadanya besar...

...Waktu makin berlari cepat-cepat. Dan sungguh perubahan selalu datang. Merangkul tubuh letih penjaja kaki lima dahinya kusut kerut-kerut terus. Tatapnya selalu lesu; matanya kuyu terpaku ke tepian timur laut sana, gunungan pasir dan tiang-tiang beton penyangga; menggumul buruh kuli harian bersama traktor menggulung-gulung pekat. Sebentar saja; hari senja tanah lapang tergusur warna merahnya...

...Tak lagi nanti ada layangan. Tak lagi nanti ada rebutan. Tak lagi nanti ada tarian. Gerobak, pangkalan ojek dan lapak pelacur direbut gedung-gedung tinggi dan apartemen mewah. Betapa banyak perut berhambur berserakan. Kerepotan mencari makan dari penghasilannya terusir. Di bawah matahari jingga dan rembulan nongol sepotong : "Sungguh perubahan selalu datang. Betapa dia buta dan tuli tanpa pernah peduli"... .

-Sajak Sederhana A R I J A K A-

. ...Di bawah matahari jingga dan rembulan nongol sepotong. Maling ayam ramai-ramai digebukin warga, dia tak mati, hanya pincang satu kaki...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun