Mohon tunggu...
A J K
A J K Mohon Tunggu... ada saja di rumah, gak kemana-mana koq... -

mantan calon penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

ECR Ari Jaka Yang Kampretto Banget

29 Februari 2012   07:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:45 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13304983141292715592

Dunia ini indah. Itulah ucap Louis Amstrong lewat tembangnya "Wonderful World". Begitukah? Mungkin. Coba deh tanya sama Ningwang Kembang. Yang jalannya tadi sendirian di seberang jembatan. Yang kakinya kotor kecipratan lumpur sisa hujan. Yang lerudung sebiru langitnya jadi kusut. Yang make up di wajahnya luntur. Yang ini itu banyak sekali dan kacau. Pupus sudah.

Padahal, kemaren dulu ia sempet kicaukan baris-baris sajak : "Seperti hujan turun sore ini, cintaku padamu, sederhana dan apa adanya" Cinta? Gara-gara Ari Jaka kah? Memang sial, Kembang pun apes lantaran cintanya itu konon masih suka jelalatan. Lalu, "Thats the way of the world" tulis Earth Wind n Fire.

Bukan laki-laki namanya kalo gak setia. Begitupun si Bleki, anjing herdernya Pak RW, yang selalu berkhianat cuma karena roti sepotong. Saban malam minggu, si Bleki gak bisa jagain anaknya Pak RW yang digondol jejaka kutu kupret macam si Garong. Nama sama kelakuannya : pas banget, sama-sama suka maling.

"Buat saya pribadi, saya setuju banget kalo Ajeng pacarannya sama Nak Jaka" ucapnya Pak RW tempo hari. Siapa sih si Jaka? Koq segitunya banget. Ganteng ya? Keren ya? Au ah gelap.

* * *

"Iiih. Jaka jahat. Jaka jahat sama akunya" jerit Kembang sembari nginjek bumi dua kali. Lantas yang ketiganya, ia injek keras kaki Sekar. Untung sekar lagi pake pelindung kaki, emangnya gigi doang yang dipakein behel.

"Aaaaaw...."

Meski agak sakit, tentu banget Sekar happy denger itu. Ia kan masih kukuh pengenin hati si Jaka cuma buat dirinya. Tapi si Jaka, kayaknya emang badung. Malah dulu, Sekar kayaknya lebih stress, saban hari matanya kidungkan "Welcome Home (Sanatarium)" nya Metalica. Sekar pengen bunuh diri.

"Udahlah Kembang. Gak usah harepin si Jaka. Cowok itu leboi yang lebai" Sekar mulai ngomporin. Lantas Kembang, cuma diem. Tangannya remes-remes nasi rames. Lalu, Ammm. Ia pun maem.

"Gue juga kapok. Bener deh. Suer. Udah, tinggalin aja si Jaka" lanjut Sekar. "Nanti gue ambil lagi" kali ini sedikit gumam-gumam.

"Apa?" tanya Kembang. Dahinya merengut. Simbolikkan bahasa bila ia gak mudeng. Sekar terbatuk. "Uhuk. Itu maksud gue, kaleng kripik dipinjem sama si Jaka. Nanti gue ambil lagi. Gitu lho" jelas Sekar bokis.

Tuh cewek udah mah ganjen, suka boong lagi. Pantesan waktu itu Momy omong : "Ati-ati sama Sekar. Tukang ngibul. Masa anak Momy; si Jaka itu, dibilangnya jelek. Si Jaka kan cowok terseksih di sini" Kira-kira demikian adanya yang Momy utarakan. Coba tanya langsung Momy.

* * *

Lampu taman, sinari rumput yang diguyur hujan rintik-rintiknya sedikit . Bikin adem. Ademkah? No no no. Nyatanya, Kembang masih dilanda galau tak berkesudahan. Kembang panas. Gerah. Hot. Campur sebel.

"Mana. Mana nasi. Mana?" ujarnya tiba-tiba.

"Buat apaan?" tanya sebuah suara. Mungkin tuyul.

"Buat dimakan lah. Masa dibikin bedak. Gila aja kali lo"

Itulah Kembang. Dan? Ia masih kesel. Sebabnya sih, tadi siang, ia lihat si Jaka lagi pelukan sama si Sugi. Warga yang baru transmigrasi dari Sorong, Papua. Terdampar di sini oleh sebab si Sugi dimutasi gawenya. Doi pan guru baru di sini. Kemudian, ada angin kencang. Banget. Wuzzzz. Ngebawa Kembang balik lagi ke beberapa jam lalu. Pas siang. Pas ia lihat si Jaka lagi pelukan sama si Sugi.

Waktu itu, Kembang abis baru balik dari salon. Konon, ia mau ngedate sama si Jaka. Dara caem yang bikin gak kuku cowok seantero kampung itu kan sekarang pacaran sama si Jaka. Pernah ditanya sama sebuah suara; kali ini mungkin dari golongan jin iprit.

"Kembang. Kenapa kamu putus kisah sama Hans? Laki-laki gagah (Uhuk) itu kan baik banget sama kamu"

"Nggak ah. Kembang bosen diajak mojok di belakang gardu listrik mulu. Emangnya eke kabel. Lama-lama gosong dwooong"

"Trus? Inin gimana? Cowok itu gak kalah keren lho (Uhuk lagi)"

"Nggak juga ah. Kerudung Kembang suka kebelit rambutnya yang kribo. Rambut koq kribo, emangnya mau dipake sarang burung walet"

"Ooo. Gitu ya?"

"Yooooooo Ahhh"

Balik lagi ke topik headlines news soal Jaka dan Sugi. Terus, di sebuah tempat yang sepi, Kembang lihat, Kembang lihat, si Jaka kekasih hatinya yang tampan-Oke- Keren-Mantap-Cihuy-Ayoyeh-Cool-Kiyut-Geregetin; lagi pelukan sama sebuah tubuh berwujud perempuan yang : "Iiih. Apa sih bagusnya tuh cewek" gitu ujar Kembang.

"Aku ndak terima. Ndak terima a a a a a. Ohukkkk" Ada laba-laba masuk ke mulut Kembang yang mangapnya mangap banget. Kembang pun semaput. Terus bobo. Terus mimpi.

"Kemba a a a ang. Aku gak selingkuh. Aku setia. Meski aku banyak dikejar cewek-cewek, percayalah, cuma kamu yang aku mau" ujar sebuah suara. Kali ini, mungkin sound of heaven.

"Kamu siapa sih. Sok kenal dweeh?" lirih Kembang yang udah merem.

"Ini Jakamu. Lelakimu. Si tampanmu"

"Haaah. Jaruuuuk?"

"Bukaaan. Ini Jaka. Bukan Jarot"

Kembang pun terbangun. Ia seka sisa nasi di bibirnya yang : "Ooo. Kembang. Bibirmu itu lho. Kalo itu kolam, ingin rasanya berenang semalam suntuk di dalamnya" Itu ucap Jaka tiap hari. Ia tengok jam dinding, masih jam 8 kurang 1 jam. Lantas Kembang pijit-pijit keypet hape.

Ia sms : "Jaka. Kembang tunggu sekarang di taman Rangkat. Kalo kamu sayang; datanglah. Kalo kamu gak sayang; Hrrrrr. Ta' gendong pake clurit"

Beberapa detik kemudian, "Oke Mai Hani Bani Kembang Cipi Cipi Cipi. I'll be there. Mmmuuaaaprettt"

* * *

Suasana desa, lumayan sepi. Kan ceritanya tadi sore abis ujan. Terus orang-orang, pada sibuk ngangkut ini itu. Malah, saking kacau beliaunya; si Chevil, selain ngangkut gerobak ketoprak, ia pun angkut si Mahar yang lagi jajan di sana.

"Hoeyyyy. Kurang asyeemmm. Emangnya eke karung beras. Maen angkut-angkut aja"

Dan : Plaakkkkk. Mahar nyambit Chevil pake talenan. Tapi Chevil ngeles, talenan pun mendarat telak di mulut Ranti yang lagi nyuap lontong. "Huekkkk" Ranti gelalapan.

"Kamu? Apa-apaan. Ngajak ribut?"

"Maap. Sengaja"

"Hiaaaatttt ciaaaatttt"

Chevil kabur. Dorma yang mau ngelerai, justru yang paling banyak kena sambit. "Ckikikik. Keciaan deh looh" ujar sebuah suara. Itu asli suara Chevil, bukan suara mahluk uka-uka.

* * *

Jam 8 kurang 1 jam lewat dikit, Jaka udah santei duduk di kursi taman. Hujan udah berhenti. Bulan pun nongol di sebelah timur laut agak nyempong ke kanan. Sambil ngunyah perment jahe, Jaka ngerokok. Klepas klepus.

Kaki nya disilangkan. Tangan yang kanan : Megang bunga, coklat, minuman dingin, geplak, rengginang plus kerpuk udang. Dan tangan yang kiri : Megang rokok dong. Masa megang tabung gas. Di kejauhan, tampak bayangan yang amat sangat yakin, itu bayangan Kembang.

Koq tau? Koq seyakin itu? Iya dong. Abis, wangi horor udah kerasa banget. Kan kembang doyan ngemut bunga kantil. Itu gara-gara Momy, yang pernah bilang : "Calon menantu-ku itu kudu cewek yang hobi ngemut botol kecap"

Kembang gak mau kalo bibirnya yang "Ooo My God" itu jadi jontor oleh sebab kemana-mana ngemut botol. Alhasil, kantil yang jadi geganti. Tapi itu justru yang bikin Kembang tambah : "Uuuu. Plis dweh. Kamu bidadari yang nyasar ya. Cubit niih cubit"

"Jaka..." ucapnya Kembang rada sewot grasa-grusu. Ia berkacak pinggang di depan Jaka. Sementara Jaka; (maklum, doi kan cool meeeen), santei-santei aja gitu loh. Ia buang rokok yang baru juga disedot tiga isep. Lalu, tiba-tiba ia bersimpuh, dan pegang erat kaki Kembang. Ia isak-isak.

"Nggak. Itu gosip. Digosok makin sip. Kembang jangan marah ya. Jangan tinggalin Ari Jaka. Aku gak bisa hidup tanpa nasi. Beneran deh. Suer. Asli. Gak bokis. Gak gombal. Gak pitnes"

Kembang menyilangkan tangan. Wajahnya didongakin ke atas. Adegan ini, persis film Korea : "Kuc Kuc Hota Heh" Jaka makin meluk. Lama-lama Kembang risih juga. Lalu dengan lembut, ia jambak rambut Jaka yang semi gondrong mirip Tao Ming Se.

"Gosip? Orang aku liat sendiri koq. Udah deh. Kamu ngomong, gimana ceritanya sampe itu cewek bisa kamu peluk-peluk"

Mereka pun bicara secara tiga mata. Kebeneran mata si Jaka yang kiri kelilipan mulu. Maklum, Kembang koq cantik amat ya malam ini. Pesonanya bikin pupil serasa ditusuk-tusuk. Masa seeehhhh.

"Jadi gini...." Jaka pun cerita. Pertama-tama, si Jaka ketemu sama Bang Ibay.

"Hallo Bang Ibay"

"Hallo juga Jaka"

Terus ketemu sama Hans.

"Coy. Pie kabare?"

"Sontoloyo. Saya ini Kades. Bukan coy"

Kemudian ketemu Robert.

"Hallo bro..."

Robert diem.

"Hallo brooo..."

Robert tetep diem. Jaka pun maklum, Robert kan sebangsa kambing bandot.

Nah, antara pertemuan dengan Ibay, Hans dan Robert itu, di sanalah Jaka ketemu Sugi. Nama KTPnya sih Ratih Sugianti. Tapi katanya, ia dipanggil Sugi oleh sebab nama panjangnya Sugianti. Coba kalo nama panjangnya Ona Sutra, mungkin ia bakal dipanggil : Momon.

"Aawww..." teriak cewek yang punya nama Sugi di sana. Ia nginjek sesuatu yang licin. Cewek itu mau jatuh. Spontan, indera ke 8 yang warrior punya Ari Jaka langsung bunyi. Kebeneran ia abis pulang dari sawah. Abis macul? "Enak aja. Abis pemotretan laaah"

Dan, wuuuzzzzz. Cewek itu udah ada didekapan si Jaka. Lantas, ada backsoud yang iringin adegan maknyus itu.

Koilimi Gayyaaaa...

Koilimi Gayyaaaa...

Sapa Tahu Nyaroo...

Koilimi Gayyaaaa...

"Malaikatkah?" tanya cewek itu takjub.

"Menurutmu?" jawab Jaka cool.

Dan tak jauh dari sana, Kembang saksiin itu. Sontak, ia langsung cakar-cakar muka Sekar.

* * *

"Nah. Gitu ceritanya. Kembangku sayang percaya kaan sama aku?" Jaka pun bersimpuh. Ia sodorkan bunga mawar tapi gak berduri warna musim hujan. Lalu ia desahkan aroma farpum Cassablanca. Hembuskan asmara pedesaan dan bukit-bukit Rangkat yang sejuk meeen. Romantisme pun dimulai.

"Kembang. Mai Hani Bani Cipi Cipi Cipi. My love only for you bebz"

"Benarkah?"

"Tentu saja Darling. Of course"

"Boong ah"

"Nggak"

"Bokis kali"

"Nggak"

"Gombal ya?"

"Nggak juga"

"Terus?"

"Ya. Aku cinta kamu. Sayang kamu"

Hambar ya? Oke. Kalo gitu, kita ulang adegannya. Ssrrrkkk. Sssrrrrkkk. Pita piringan hitam diputar ulang.

Mereka berdua berpelukan. Erat. Mesra banget. Semua mata memandang dengan tatapan ngiler.

"Cut. Cut..." ucap Dimas Joy, sutradara.

"Kenape Bang? Lagi seru-serunya nih" Dimas Joy angkat bahu. Ia nunjuk seseorang yang pake jubah gamis. Namanya Ustad Tandi Skober.

"Bukan muhrim. Kalian bukan muhrim. Ganti adegannya"

Adegan pun diulang lagi. Klik. Jaka berdiri. Ngerebut toa mushola yang lagi dipegang Ustad Tandi. Lalu teriak.

"Kembaaaang. Aku cinta kamuuuuu. Titikkkkk"

.

.

.

.

ARI JAKA

in Kampretto ngerangkap ECR Rangkat

.

.

.

"Cut. Cut..."

"Kenapa lagi Bang Joy?"

"Pak Ustad pingsan. Encoknya kambuh. Kaget denger teriakan lo tadi"

.

.

KOMENTAR PARA PEMBACA :

Raffi Ahmad (Artis. MC. Penyanyi) :

"Ini ECR paling OKKE. Gue suka"

Langit, Granito, Opik (Pedagang Kaki Lima) :

"Akua akua. Kacang Rebus. Mumpung panas"

Admin Kompasiana :

"Postingan ini wajib HL setaun penuh"

Bowo Bagus (Tukang Photo Keliling) :

"ECR ini payah. Gak ada adegan ranjangnya"

Mee Ga (Murid SMP) :

"Menurut saya, ECR ini bagus, sayang gak ada adegan ranjangnya"

David Beckham (Pemaen Sepak Bola) :

"ECR? Itu sebangsa anak gawang bukan?"

Tandi Skober (Ustadz, Novelis) :

"Tulisan ini berbau porno. Gak kan lulus uji emisi"

Gusur Adhikarya (Pemilik Majalah, Penulis Skenario)

"Besok pagi, ini tulisan jadi sinetron kejar tayang"

Ari Jaka (Coverboy plus Vocalis Band) :

"Siapa sih penulisnya? Pasti ganteng banget. Kalo cewek, mau gue langsung kawinin deh"

Muhammad Bait Elegi (Umurnya baru 9 bulan)

"Mamam. Yah yah. Ndah. Mamam"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun