...di sini kita kembali,
...di sini kita berdiri,
...di sini kita berlari,
berhembus di hampar warna kupu-kupu,
di bumi rangkat pertiwi yang hijau merdu,
berpilar pelangi,
berdinding cahya mentari,
berkaca purnama dan kejora indah harmoni,
di sini kita memeluk manis embun
di guguran daun-daun cemara dan mahoni,
berbulir di elok cakrawala yang bergulir,
tersembul dalam ranum di kabut bersemi
bersama lincah kelopak dan kumbang yang menari,
di sini kita adalah berkarya,
di sini kita selamanya bernyanyi,
di sini kita berdansa di balik lingkar
indah gulma yang mesra,
...yang kasmaran,
...yang tak berkasta,
...yang selalu di sejuk lindung kubah
martapada dalam garis-garis istiwa,
di inkarnasi primordial yang tergrafir
di antara gambang anyelir dan
tembang kembang siloka,
...angin-angin rindu;
bercengkrama di pelupuk dewana,
...embun-embun cinta;
berceloteh di beranda ajura,
mengawali hari di permadani luhur adiperkasa,
menghantar mimpi akan kalimat abadi
yang bersama kita cipta di ujung tinta
di atas kanvas semesta...
...di sini kita kembali,
...di sini kita berdiri,
...di sini kita berlari, dan
...di sini kita mati sejati,
...di sini, di bumi rangkat pertiwi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!