Mohon tunggu...
ariza fahlaivi
ariza fahlaivi Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Pengulas Buku

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tidur dalam Narasi Agama dan Sains

17 Juni 2020   11:49 Diperbarui: 17 Juni 2020   11:42 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktifitas sehari-hari itu merusak sel, dan tidur mengembalikannya. Saat orang terlelap, mekanisme dalam tubuh melakukan pemulihan yang maksimal. Karena pentingnya tidur, tidak ada satupun bentuk kehidupan yang tidak memerlukannya.

Kurang tidur bukanlah persoalan sepele. Sekitar empat puluh tujuh juta orang dewasa yang mengalami gangguan tidur, menurut National Sleep Foundation, mengalami cedera dan penurunan produktivitas secara signifikan.

Orang-orang yang ingin mendapatkan kembali tidur nyenyaknya membelanjakan setiap tahun US$ 18 Milyar. Setiap tahun sebanyak 1,2 juta kecelakaan mobil dikaitkan dengan pengemudi yang lelah yang tidurnya tidak tercukupi dengan baik.

Ada Apa dengan Tidur?

Tidur adalah mekanisme unik nan kompleks. Saat orang terlelap, gelombang otak melambat, lalu aliran darah mencapai titik terbaik yang mendukung pengembalian energi.

Pada saat yang sama sistem hormon akan berpindah pada tahap anabolik, yaitu konversi energi untuk perbaikan dan pertumbuhan. Pada titik ini tingkat hormon adrenalin dan kortikosteroid turun dan tubuh mulai memproduksi hormon pertumbuhan HGH, melatonin, dan juga hormon seks.

Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim, secara sangat gamblang menjelaskan proses rumit yang terjadi ketika kita bahkan tidak menyadarinya. Dalam tidur terjadi mekanisme multi healing, mulai dari sistem hormon, kekebalan tubuh, suhu, kulit, pernapasan, mulut otot, darah dan sistem pencernaan.

Sebagai ilmuwan muslim yang agamis, ia membedah segala aspek tidur, baik tidurnya manusia maupun binatang, dari sudut pandang al-Quran, sunah nabi, dan sains modern.

Rahasia Tidur dalam al-Quran dan Hadis

Soal tidur, Allah telah mengetengahkannya dalam salah satu ayat al-Qur’an.  Allah swt. berfirman: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (Q.S. an-Naba’ [78]: 9)

Allah swt. berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tidur kalian di malam hari dan siang hari.” (Q.S. ar-Rum [30]: 23)

Soal ini juga tak luput dari perhatian Rasulullah saw. Beliau menyebut tidur sebagai kematian kecil.

Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, setiap kali bangun tidur, Rasulullah saw. berdoa kepada Allah, “Segala puji hanya untuk Allah swt. yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan Kami.”

Berbagai narasi dari al-quran dan hadis di atas menggambarkan bahwa tidur bukanlah kegiatan yang remeh. Di sini kita bisa memafhumi, bahwa dalam islam kedudukan tidur sama pentingnya dengan keadaan sadar.

Rahasia Tidur menurut Sains Modern

Penelitian-penelitian mengenai tidur secara sains baru dimulai pada abad ke-19. Cole Shater, professor ilmu fisiologi asal Jerman, adalah salah satu ilmuwan pertama yang meneliti aktivitas tidur secara serius.

Memasuki abad ke-20, penelitian-penelitian seputar rahasia tidur semakin banyak. Hal ini tidak terlepas dari peran Hans Berger, seorang ilmuwan Jerman, yang berhasil menemukan alat electroencephalography (EEG).

Mulanya alat tersebut kurang mendapat perhatian. Namun, pada tahun 1924, berkat dua profesor ilmu fisiologi, Adrian dan Matthews, alat elektrografi itu menjadi terkenal. Keberadaannya sangat membantu dalam menungkap berbagai rahasia aktivitas otak. Saat tertidur maupun terjaga.

Dengan bantuan alat elektrografi, para ilmuwan mampu membagi fase tidur menjadi lima tahapan; fase transisi antara terjaga dan tertidur, fase ketegangan otot menurun, fase gelombang delta, fase tidur yang dalam, dan fase menghilangnya ketegangan otot-otot.

Penelitian setelahnya menguak banyak fakta mengejutkan. Tidur ternyata merupakan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan suatu penyakit dan mengurangi kompleksitasnya.

Tidak hanya bermanfaat untuk penyakit fisik semata, tidur juga merupakan obat yang manjur untuk penyakit psikis, seperti cemas, tegang dan stres.

“Jika seseorang mengalami gangguan emosi, gelisah, cemas, dan stress, lalu dia beristirahat sebentar, ketika bangun, dia akan menjadi tenang, rileks, dan nyaman dibandingkan sebelumnya,” ungkap Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim.

Mungkin banyak dari kita yang menganggap tidur sebagai rutinitas yang biasa. Kegiatan ini kelihatannya tidak sekeren menulis, membaca, atau diskusi. Namun kontribusinya pada self healing tidak dapat dianggap sepele.

Riwayat Buku:

Judul                     : Asrar an-Naum; Rihlah fi ‘Alam al-Maut al-Ashgar

Penulis                : prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim

Penerjemah      : M. Abidun & Erik Erfinanto

Penerbit             : Turos Pustaka, 2018

Tebal                   : xxi + 424 Halaman

ISBN                   : 978-602-1583-54-8 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun