Berbagai narasi dari al-quran dan hadis di atas menggambarkan bahwa tidur bukanlah kegiatan yang remeh. Di sini kita bisa memafhumi, bahwa dalam islam kedudukan tidur sama pentingnya dengan keadaan sadar.
Rahasia Tidur menurut Sains Modern
Penelitian-penelitian mengenai tidur secara sains baru dimulai pada abad ke-19. Cole Shater, professor ilmu fisiologi asal Jerman, adalah salah satu ilmuwan pertama yang meneliti aktivitas tidur secara serius.
Memasuki abad ke-20, penelitian-penelitian seputar rahasia tidur semakin banyak. Hal ini tidak terlepas dari peran Hans Berger, seorang ilmuwan Jerman, yang berhasil menemukan alat electroencephalography (EEG).
Mulanya alat tersebut kurang mendapat perhatian. Namun, pada tahun 1924, berkat dua profesor ilmu fisiologi, Adrian dan Matthews, alat elektrografi itu menjadi terkenal. Keberadaannya sangat membantu dalam menungkap berbagai rahasia aktivitas otak. Saat tertidur maupun terjaga.
Dengan bantuan alat elektrografi, para ilmuwan mampu membagi fase tidur menjadi lima tahapan; fase transisi antara terjaga dan tertidur, fase ketegangan otot menurun, fase gelombang delta, fase tidur yang dalam, dan fase menghilangnya ketegangan otot-otot.
Penelitian setelahnya menguak banyak fakta mengejutkan. Tidur ternyata merupakan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan suatu penyakit dan mengurangi kompleksitasnya.
Tidak hanya bermanfaat untuk penyakit fisik semata, tidur juga merupakan obat yang manjur untuk penyakit psikis, seperti cemas, tegang dan stres.
“Jika seseorang mengalami gangguan emosi, gelisah, cemas, dan stress, lalu dia beristirahat sebentar, ketika bangun, dia akan menjadi tenang, rileks, dan nyaman dibandingkan sebelumnya,” ungkap Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim.
Mungkin banyak dari kita yang menganggap tidur sebagai rutinitas yang biasa. Kegiatan ini kelihatannya tidak sekeren menulis, membaca, atau diskusi. Namun kontribusinya pada self healing tidak dapat dianggap sepele.