Lagi-lagi saya post tulisan mengenai film. Ya..beginilah kalau hobinya nonton dan suka mengkritisi film apa saja yang ditonton. Beberapa hari yang lalu setelah mengerjakan tesis saya, saya coba rehat sejenak dengan menonton film yang tersimpan di laptop. Cukup banyak film yang saya simpan dan belum semuanya saya tonton. Setelah folder penyimpanan Film saya buka, tertujulah mata saya pada sebuah judul film yang bernama "THE PURGER". Saya bukalah folder ini dan saya siap untuk menikmati tontonan ini sambil menyantap cemilan yang tersedia. Baru berjalan 10 menit saya bisa tebak ini adalah film bergenre action, maka semakin semangatlah saya menontonnya. Ya..ini dikarenakan saya sangat menyukai film bergenre action.
Sepenuh hati saya tonton film ini sampai secara perlahan saya mulai mengerti ceritanya. Jadi, film ini menceritakan kondisi Amerika di tahun 2022 dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahnya yang menurut saya ini tidak masuk akal dan sangat tidak manusiawi. Kebijakan itu memperbolehkan sesama manusia untuk melakukan tindakan kriminal apa saja dalam waktu satu malam penuh. Diperbolehkan membunuh, memperkosa, merampok, melakukan tindakan kekerasan lainnya tanpa disediakannya bantuan seperti petugas keamanan, medis, pemadam kebakaran dan lembaga masyarakat lainnya. Mereka mengatakannya hari penyucian diri dan tindakan tersebut adalah sebuah bentuk perayaan. Bahkan tindakan ini diliput oleh media melalui rekaman yang tersembunyi diberbagai sudut kota. Melalui perayaan tersebut, mereka akan menyucikan diri dan negara Amerika sehingga akan lahirlah Amerika yang baru.
Targetnya adalah masyarakat atau golongan orang miskin, bodoh, tidak memiliki kekuatan apapun untuk hidup di negeri Paman Sam ini. Tentu saja pelakunya adalah mereka yang dianggap memiliki kekuatan yang hidup ditengah masyarakat misalnya seorang yang kaya, memiliki jabatan, dan dianggap layak hidup di negeri ini. Bagi mereka yang berhasil melakukan tindakan kriminal ini diaggap sebagai manusia yang suci dan telah berhasil menyalurkan agresifitas serta naluri hewan mereka yang dibalut dendam dan benci. Bahkan perayaan ini dilakukan setiap tahunnya di Bulan Maret. Sungguh Ironis jika sempat film fiksi ini menjadi sebuah kenyataan. Sangat sah dan tidak akan dianggap melanggar hukum jika kita merampas hak hidup seseorang dengan cara yang sangat keji sekalipun.
Alhasil bukannya saya nikmati tontonan ini yang ada malah merinding disko akibat pikiran saya justru mengawang kemana-mana. Sama sekali nilai moralnya tidak ada yang bisa ditiru disini. Manusia hidup dalam satu malam tanpa adanya aturan, hidup layaknya seperti binatang buas yang bebas melampiaskan hasratnya tanpa harus menggunakan nurani. Hidup dengan hanya mengandalkan logika yang dibenarkan saja ditambah ini merupakan kebijakan yang direstui oleh pemerintahnya. Ahhh...ntah kemana-mana jadinya pikiran saya menonton film ini. Sungguh sangat terbelakang sekali pemikiran negeri ini, jika itu benar-benar terjadi. Negeri yang maju katanya secara peradaban tapi kok memiliki cara berpikir yang tidak layaknya seorang manusia yang dikarunia oleh Tuhan akal, dan hati. Inilah menurut saya film genre action tapi justru lebih horor daripada film horor. Semoga saja Negara ini tidak blenger ya dan tidak menjadikan film ini inspirasi membuat kebijakan dengan menghabisi golongan yang dianggap tidak berdaya dan hanya memberatkan negara mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI