Mohon tunggu...
Ariyulianto
Ariyulianto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Belum terverifikasi :)

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Dongeng Orang Bodoh dan Orang Pintar

23 Januari 2016   11:04 Diperbarui: 23 Januari 2016   13:17 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku memang bodoh, ketika aku sakit, aku pergi ke orang pintar, dia diberi gelar dokter, tentu karena aku bodoh, aku ikut mendaftarkan diri jadi ikut serta jadi peserta BPJS Mandiri, dan tentu pula aku diberi tahu seseorang tentang BPJS ini. Dan kemudian setelah dalam penantian yang panjang aku diperiksa oleh dokter. Dia dokter hebat, aku cuma diperiksa tidak lebih 5 menit, beliau menulis sesuatu di kertas yang disebut resep, berikutnya aku ke ruang obat disebelah kamar periksa, menunggu lagi namun tidak terlalu lama obat aku dapatkan. Pulang dari orang pintar, aku mengikuti aturan meminum obat, setelah obat habis aku sembuh. Dokter itu memang hebat, dia orang pintar.

Hanya orang bodoh seperti aku ini yang bisa mengenali orang pintar, aku mencari orang pintar untuk bisa memahami semua masalahku dan mencoba menyelesaikannya, kadang ku dapat menyelesaikan masalahku, kadang aku tersesat karena orang pintar itu menyesatkan aku, kusadari itu manakala orang pintar itu pergi meninggalkan aku di tengah kesesatanku mencari jawaban untuk masalahku, aku tidak kapok, kucari orang pintar yang lain agar masalahku terjawab, sehingga aku bisa menyelesaikan masalahku yang satu, dan memulai menyelesaikan masalahku yang lain.

Yang tak habis ku mengerti adalah dalam penyelesaian masalahku, aku menemui dua atau beberapa orang pintar, saran saran orang pintar itu ternyata tidak sama, kadang membuatku pusing, saran siapa yang harus aku lakukan. Mungkin itulah kebodohanku, mencari jawaban pada banyak orang pintar, mauku sih dengan banyak orang pintar, masalahku cepat selesai, namun kenyataan tidak begitu, dan aku semakin menjadi bodoh dihadapan mereka, bahkan ada yang bersumpah serapah terhadapku, aku hanya mampu menunduk dan mengucapkan kata maaf kepada mereka, dan berlindung dibalik kebodohanku.

Dan aku sendiri tidak pernah berharap jadi orang pintar, aku hanya ingin tiap masalah dalam hidupku terpecahkan, aku hanya ingin punya rumah sederhana bagi keluargaku agar tidak kepanasan dan kehujanan, serta bisa mewariskannya untuk anakku manakala aku tiada. Aku hanya ingin punya pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga, sesekali bisa mengajak tamasya agar aku bisa melihat senyum istri dan anakku. Aku ingin agar bisa menyembuhkan keluargaku manakala ada yang sakit. Aku hanya ingin bisa membiayai sekolah anak-anakku agar bisa hidup lebih baik dariku, dan aku hanya ingin bila meninggal nanti bisa dikubur dengan layak, dan tetanggaku masih menganggap aku orang baik.

Aku berharap akan banyak orang pintar yang membantu orang-orang bodoh macam aku ini, agar terbebas dari rasa takut akan terus dibodohi dan disalah gunakan. Yang bisa memulyakan orang bodoh, bukan menjebaknya menjadi budak-budak untuk memenuhi ambisi orang pintar itu. Yang bisa menjadi pemimpin bagi kami orang-orang bodoh, yang membawa ke arah kebaikan bagi kami.

Semoga ini bukan kenaifan aku sebagai orang bodoh, sekali lagi aku masih bisa mengenali orang pintar yang tulus bisa membantu aku, soal waktu saja kapan aku dipertemukan, aku tetap mencari, dan ku harap orang pintarpun mau membantu aku.

 

Sumber foto : disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun