Mohon tunggu...
Ariyulianto
Ariyulianto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Belum terverifikasi :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketakutan yang Tidak Perlu

14 Januari 2010   00:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada daerah di kampung Kadir yang dikatakan banyak orang ada “penghuninya”, sebuah pohon beringin tua terletak di tepi jalan yang menuju ke arah pemakaman umum.  Banyak tetangga Kadir yang ciut nyalinya kalau melewati jalan itu jika lewat senja hari, dan perlu berpikir ulang jika harus melewatinya malam hari, alasannya ya itu tadi, takut melewati pohon angker, takut diganggu oleh “penghuni” pohon beringin tua, dan semua ketakutan-ketakutan yang muncul dibenak mereka.

Jika diusut, semua berasal dari cerita turun-temurun di desa itu, dengan modal “katanya” rumor itu melegenda di kampung Kadir, namun jika ditanya siapa saja yang pernah diganggu oleh “penghuni” pohon beringin tua itu, maka umumnya akan menjawab, dulu pernah ada orang yang lewat, bertemu dengan sosok yang menakutkan, kemudian diganggu, esok harinya orang ini sakit dan tak beberapa lama kemudian meninggal. Jika ditanya lebih jauh siapa orang itu, maka sulit mencari nama orang itu, apalagi kuburannya, Cuma rumor, Cuma legenda dan Cuma katanya-katanya.

Kadir, protes kepada Ornias, dedengkot jin di wilayah itu, karena, legenda itu membuat orang jadi takut melewati jalan itu dan merepotkan. Legenda itu membuat ketakutan dan membuat orang sulit untuk berpikir sehat, ketakutan yang tercipta membuat orang harus berputar untuk mencapai kampung disebelah pohon tua itu, sangat merepotkan dan menyebalkan.

“Ornias, aku minta padamu untuk mengusir anak buahmu yang tinggal di pohon beringin tua, tetanggaku bermasalah dengan pohon itu, sehingga menimbulkan rumor menakutkan dan menyesatkan”

“Kadir , untuk apa kau memintaku begitu, bukankan bangsa manusia lebih mulia dari bangsa kami, tidak cukupkah memuliaan itu membuatmu dan tetanggamu untuk cuek saja melewati pohon itu dan mengacuhkan ketakutan ketakutan mereka sendiri”

“Kesadaran mereka tidak seperti itu, cerita menakutkan itu telah terjadi turun temurun, sehingga sulit memaksa mereka untuk  kembali ke alam sadar mereka, alam sadar yang tertutupi dengan ketakutan-ketakutan”

“Kau sendiri pernah lewat jalan itu?”

“Pernah, bahkan tengah malam, dan bahkan pula menunggu cecunguk bangsamu itu untuk kubunuh agar tidak lagi mengggangu penduduk di desaku!”

“Dan kau bertemu ?”

“Tidak, Cuma ada pohon beringin tua, dan dan hembusan angin saja, karena tak bertemu aku pulang!”

“Dan memang tidak ada anak buahku yang tinggal di pohon itu, lebih baik aku ceritakan kau tentang awal mula kejadian kenapa pohon itu ditakuti, dulu memang pernah ada tetanggamu melewati pohon itu dalam keadaan mabuk, dan kebetulan ada anak buahku disana, karena mabuk, anak buahku mengodanya, dan Cuma sesaat, tetangga mu itu pemabuk berat, dan selalu berbuat maksiat, urusan manusia seperti ini jadi mangsa empuk bagi bangsaku. Perkara kematian itu disebabkan karena penyakit yang disebabkan karena buruknya penyakit yang pemabuk itu derita”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun