Mohon tunggu...
Ariyanto Sudaya
Ariyanto Sudaya Mohon Tunggu... -

Olala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Waktu Menghitung

3 Februari 2014   19:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mawar melati berkelopak mega berputik pelangi senja
Menyebar penuhi lembah tawa canda gadis desa
Merunduk menguning ranum memerah di dahan menjuntai asa
Mendepak duka tanpa hadirkan setitik lara pemiliknya

Sebening embun pancaran sinar matamu indah mentari membias
Menyapa pagi terayun langkah ringan mengiringi tegas
Kisah selalu datang dan pergi berganti peran utama
Tertinggal nokhta bilur masa untuk dikenang insan menua

Waktu menuai semaian sekelip bibit masa itu
Terdorong lembut dedaunan terasa tiada semu
Menyatu membelit lilitan akar dan ranting pohon
Mana antara keduanya tiada dapat membedakan memohon
******030214******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun