Mohon tunggu...
Ariyanto Sudaya
Ariyanto Sudaya Mohon Tunggu... -

Olala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perbatasan

3 Maret 2014   14:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sejenak kutatap mega berarak
putih warna membiru angkasa
pudar warna hitam mendung berselerak
menahan rinai mata tak kuasa

ingin tertahan langkah berlari
pagi tak kuasa untuk selamanya meminta
sembunyikan kehangatan sinar mentari
walau tertutup tirai kabut tercipta

warna ada penghias merias hari
tersesat labirin intropeksi diri
bukan tentang setangkai mawar penuh duri
tapi cerita cermin retak condong kemari

buah berharga di cincang dibuang
menanam tidak, merawat enggan
memandang buas singkir kasar penghalang
adiktif perasa berhala sesembahan angan

buasnya liar ingat penyusuan
mesra hangat dinding perlindungan
sempurna angkuh mengemuka simpan nurani
sesaat iya selanjutnya bagai anai anai

pingir rimba,03,maret,2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun