Mohon tunggu...
Ariyanto Sudaya
Ariyanto Sudaya Mohon Tunggu... -

Olala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Manusia Pemakan Aspal

14 Maret 2014   03:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berharap pendulum cukup menghisap panas magma hujan menghentak rengkah atas pelapis tanah tersia keringat diperas rakyat siang dan malam memelihara harap menghisap rakus inang pemberi

satu janji akses penghubung siap direalisasikan agar cepat terciptanya pemerataan pembangunan lorong gelap menuju cahaya metropolitan beradu suara hingar bingar wajah tua tersenyum kebahagiaan

tapi sayang itu hanya sesaat dapat dinikmati hitungan hari kembali gelap jalan menuju metropilitan kapan datang manusia pemakan aspal dengan rakusnya tersisa hanya tanah merah berlubang dan berlimpur

ah... entah sejak kapan manusia pemakan aspal berada di negeri indah dan menggoda sumber dayanya hingga beruang kutup pun berani menyebrangi panasnya cakrawala demi mencari cadangan untuk kehidupan mereka dimasa depan

sementara beruang lokal sibuk bertengkar berebut pohon mati saling tunjukan ketajaman cakar beruang kutub asyik memanen madu hutan tinggalkan cerita berakhir penyesalan pinggir rimba,13-maret-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun