Mohon tunggu...
Ariyanto Sudaya
Ariyanto Sudaya Mohon Tunggu... -

Olala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cambuk Kehidupan

12 Maret 2014   00:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:03 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


seberkas kilat cahaya menampar wajah tanpa rupa
penuh luka atas kata kata yang pernah dirangkainya
tersenyum ia meski darah mengalirkan rasa kecewa
tiada dendam amarah kala langit muntahkan amarah senja


ia membaca embun menarikan kerlip kunang kunang
berpulang riang membuka kembali lembaran usang
pada mula berangkatkan niat apa makna ingin dituang
sesaat dulu sebelum ia nekad pergi berpetualang


belajar melukis pasir pantai tanpa ditemani indahnya warna
terhapus bersih saat ombak menjilati bibir pantai
melukis kembali apa yang diinginkan menuang rasa
badai gelombang datang kembali menghapus lukisan tanpa warna


berpindah waktu coba memahat kerasnya batu karang
tak urungkan niat meski tajam ceruk runcing menghadang
dengan peralatan seadanya ia mencoba kembali mengukir kisah untuk dikenang
meski raga harus karam di dasar lautan nan tenang

pinggir rimba

11-maret-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun