Mohon tunggu...
Ariyanto Sudaya
Ariyanto Sudaya Mohon Tunggu... -

Olala.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Kartini RTC] Perempuan dalam Kabut

20 April 2015   16:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14295207411357527255

Ariyanto Sudaya/02

Subuh baru saja berlalu, sementara embun masih asyik bergelayutan di pucuk dedaunan, pekatnya halimun pagi tidak menghalangi tekad Yulianty. Seorang wanita berkulit hitam manis berusia 17 tahun ini sudah mengenakan seragam abu-abunya dan siap untuk berangkat ke sekolah, ''Ibu Yuli berangkat sekolah dulu ya, assalamualaikum" pamit Yulianty sambil mencium tangan ibunya.

Waalaikumsalam "iya nak, hati hati ya".

''Iya bu.." jawab Yulianty sambil tersenyum kecil meski harus menuruni jalan setapak yang jika musim hujan mesti harus ektra hati hati.

Sesampainya disekolah, Yulianty langsung masuk kedalam kelas sambil menunggu jam pelajaran dimulai. Ketika pulang, seperti biasa Yulianty harus mengambil uang hasil sayuran yang di titipkan di warung mak Minem setiap berangkat ke sekolah.

Setiap sore Putri selalu datang ke rumah Yulianty untuk belajar bersama, mereka berdua dikenal sebagai anak yang baik dan pintar di mata teman-temannya.

"Yul, kamu tau tidak, mengapa aku membawa kamu ke sini?" Tanya Putri.

"Tidak, sebenarnya ada apa?" Jawab Yulianty dengan tatapan tajam dan penuh rasa penasaran. Aku akan kuliah di luar negeri dan itu berarti kita harus berpisah untuk sementara waktu tapi, kita masih bisa saling berkomunikasi kok dan tiba-tiba putri mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Kamu harus pakai ini ya, dan jangan sampai hilang.”

Ketika putri pulang ke Indonesia, orang pertama yang paling ingin di temui Putri adalah sahabat karibnya, dan betapa terkejutnya Putri di kala melihat keadaan di rumah Yulianty. Putri melihat seorang gadis sedang asyik bercengkerama dengan beraneka ragam jenis tumbuh-tumbuhan yang hampir punah, kemudian Putri pun menghampiri gadis itu dan bertanya "mbak, Yulinya ada tidak di rumah".

Gadis itu pun seketika langsung berbalik, dan betapa terkejutnya Putri bahwa gadis yang ada di hadapannya itu adalah Yulianty. Tetapi Yulianty juga tidak kalah terkejutnya ketika melihat perubahan yang terjadi pada sahabat karibnya itu. Yulianti mencoba untuk menanyakan apa yang terjadi pada Putri dan bagaimana keadaannya selama berada di luar negeri.

Putri mengajak Yulianty untuk menemani ketika kedua orangtuanya mengadakan pesta mewah untuk menyambut kepulangan Putri dari luar negeri. Karena sangat menyayangi dan menghargai sahabatnya maka Yulianty ikut menemani sampai pesta itu selesai.

Beberapa hari kemudian Putri pergi kerumah Yulianty tetapi Putri hanya bertemu dengan ibunya.

"Yuli kemana bu?, dari tadi kok tidak kelihatan", tanya Putri pada ibunya.

"Yuli sudah berangkat dari tadi pagi nak, hanya saja sebelum pergi Yuli menitipkan ini, ( sambil menyodorkan buku harian kepada Putri) kamu baca saja buku harian ini, nanti pasti kamu tau di mana Yuli sekarang.

Putri langsung membuka buku harian itu, dan membacanya lembar demi lembar. Betapa terkejutnya Putri ketika membaca buku harian Yulianty, dan ia pun mulai meneteskan airmata saat membaca lembaran terakhir buku harian itu.

Dua sahabat duduk merenung diatas pucuk ilalang.
Semilir angin menerpa sesal berguguran
Tunas tunas baru selalu memberi warna
Sebagian membentuk pelangi, sebagian menjadi puisi.

Pinggir rimba 200412.

[caption id="attachment_361706" align="aligncenter" width="300" caption="RTC"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun