Pelaksanan upacara yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dalam rangka memperingati hari kemerdekaan tahun ini seperti biasa disertai dengan sambutan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi yang dibacakan sebagai amanat pembina upacara. Dalam sambutan kali ini menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi menyampaikan capaian Program Merdeka Belajar yang telah digerakan empat tahun terahir ini tidak terlepas dari gotong rayong seluruh masyarakat sehingga menghasilkan transformasi perubahan pada dunia pendidikan.
Capaian program merdeka belajar yang disampaiakan sebagai amanat pembina upacara ini diantaranya ialah: kemerdekaan belajar telah dirasakan oleh lebih dari 250 ribu satuan pendidikan diseluruh Indonesia, yang didukung dengan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan sehingga mengembangkan kemampuan fondasional. Disamping itu gerakan ini juga mengajarkan kepada orang tua bahwa keberhasilan belajar anak usia dini tidak terbatas pada baca tulis, hitung tetapi juga kemampuan literasi dan numerasi, ketrampilan berkomunikasi dan karakter yang berlandaskan nilai-nilai pancasila.
Selain itu telah ada jaminan melalui permendikbudristek tentang pencegahan dan penanganan kekerasan disatuan pendidikan, semua warga sekolah terjamin haknya untuk belajar, berkarya dan bekerja dengan aman dan nyaman. Melalui program merdeka belajar juga terus ditumbuhkan komitmen untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru yang dibuktikan dengan telah direkrutnya 544 ribu guru ASN PPPK dan jumlah ini akan terus ditingkatkan hingga satu juta guru ASN PPPK.Â
Sedangkan bagi perguruan tingi, program merdeka belajar telah berhasil mengubah hidup 760 ribu mahasiswa melalui kesempatan belajar diluar kampus baik di industri, di sekolah, sampai di lingkungan masyarakat. Selain itu juga memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi generasi muda Indonesia untuk berkontribusi kepada bangsa dan negara.Â
Program merdeka belajar yang diselenggarakan di perguruan tinggi tidak bisa dipungkiri telah memberikan pengalaman belajar yang berharga kepada mahasiswa. Kemendikbudristek membuka banyak program supaya mahasiswa memiliki berbagai pengalaman yang berharga. Seperti kegiatan kampus mengajar, proyek kemanusiaan, magang industri, pertukaran mahasiswa merdeka, maupun wirausaha merdeka. Selain membuka program bagi mahasiswa, merdeka belajar juga berupaya menguatkan kualitas pendidik melalui berbagai program seperti hibah penelitian, pertukaran dosen, praktisi mengajar, maupun magang industri, dsb.Â
Program-program yang telah digagas oleh kemendibudristek ini tentu sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi untuk menghasilkan output lulusan yang memiliki nilai lebih. Namun tidak bisa dipungkiri program-program tersebut saat ini masing belum sepenuhnya bisa dinikmati seluruh mahasiswa. Keterbatasan kuota tiap program yang disebabkan pendanaan yang terbatas menyebabkan program-program ini hanya bisa memfasilitasi sebagai kecil dari jumlah keseluruhan mahasiswa. Sedangkan disatu sisi perguruan tinggi didorong untuk selalu melaporkan jumlah mahasiswanya yang mengikuti program merdeka belajar sebagai bagian dari capaian prestasi perguruan tingi.Â
Menyikapi keterbatasan ini, kemudian perguruan tinggi menginisiasi kegiatan merdeka belajar secara mandiri dengan program-program yang sama dengan yang telah diselenggarakan oleh kemendikbudristek. Karena program ini bersifat mandiri dari perguruan tingi maka pendanaanya untuk program juga berasal dari perguruan tinggi sendiri yang tentu tidak sebesar pendanaan ketika berasal dari kemendikbudristek. Keterbatasan pendanaan akhirnya membuat kualitas program menjadi tidak sebagus ketika mahasiswa mengikuti kegiatan bersama dengan kemendikbudristek.Â
Selain persoalan pembiayaan, desain program yang dibuat oleh program studi secara mandiri terkadang jauh dari kata ideal. Banyak program studi yang hanya mengejar jumlah keterlibatan mahasiswa melalui program merdeka belajar yang diselenggarakan internal program studi saja guna memenuhi target yang dibebankan oleh universitas tanpa melihat kualitas program. Sebagai contoh: program studi mendorong mahasiswa untuk mengikuti kegiatan magang industri di perusahaan yang sebelumnya telah ber MoU dengan Fakultas.Â
Ditempat magang mahasiswa seharusnya bisa mendapatkan ilmu tentang kepemimpinan, bagaimana melakukan desain organisasi, membuat analisis kebutuhan pelatihan maupun melakukan pekerjaan yang terkait analisis jabatan namun faktanya mereka hanya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan surat-menyurat, menjadi asisten dari divisi pembayaran, atau hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan untuk membantu kelancaran kegiatan administrasi di perusahaan. Padahal selama satu semester mahasiswa diperbolehkan oleh program studi untuk tidak mengikuti perkuliahan dikampus karena mereka akan otomatis mendapatkan konversi mata kuliah dari kegiatan makang yang diikutinya.Â
Ketidaksesuaian pekerjaan yang dilakukan mahasiswa saat proses magangnya tetapi diakui oleh program studi dengan konversi pada mata kuliah tertentu berpotensi menjadi persoalan bagi mahasiswa sendiri. Ketika nantinya mahasiswa benar-benar telah terjun ke dunia usaha dunia industri mereka akan dituntut untuk menerapkan hasil pembelajaran diperkuliahannya.Â
Tapi ketika mahasiswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang cukup di mata kuliah tersebut ataupun pengalaman yang relevan mahasiswa tentu akan mengalami kesulitan. Apalagi ketika mereka saat magang tidak mendapatkan supervisi yang ketat, mahasiswa akan santai atau bahkan bebas tidak masuk ditempat magang mereka.Â