Mohon tunggu...
Eko A. Ariyanto
Eko A. Ariyanto Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Lahir Di Bumi Bung Karno Blitar Jawa Timur Saat ini bekerja sebagai Pengajar Tertarik pada kajian sosial budaya, politik, ketahanan, kepemimpinan, radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewujudkan Mata Kuliah Umum (MKU) Berbasis Proyek Melalui Tools Design Thinking

10 Agustus 2023   10:50 Diperbarui: 11 Agustus 2023   09:29 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki tahun ajaran baru semester gasal 2023/2024 seluruh Penanggung Jawab Mata Kuliah (PJMK) Mata Kuliah Umum (MKU) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag Surabaya) pada tanggal 8 Agustus 2023 melakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama Prof Dr Warsono MS untuk merumuskan MKU berbasis project. dalam kegiatan tersebut PJMK MKU yang terdiri dari mata kuliah Pendidikan Pancasila, Kewarganegaraan, Agama, Bahasa Indonesia serta Patriotisme mendapatkan pengarahaan akan pentingnya mata kuliah ini membekali mahasiswa untuk dapat memiliki nilai dan karakter sebagai manusia Indonesia. Pendidikan karakter haruslah dibangun melalui proses perubahan pengetahuan, membangun sikap serta terimplementasi pada seluruh perilaku didalam kehidupan sehari-hari. Selain itu beliau juga berpesan bahwa mengemban visi mewujudkan nilai-nilai karakter yang terimplementasi pada setiap mahasiswa bukanlah proses yang mudah namun hal ini bisa dilakukan dengan tekad dan komitmen yang tinggi. Sejalan dengan itu, sejatinya kampus merah putih Untag surabaya telah sejak lama menetapkan visi sebagai kampus yang tidak hanya menciptakan lulusan yang memiliki keunggulan ilmu pengetahuan dan tehnologi namun memiliki keunggulan karakter berbasis nasionalis-patriotik. 

Berbicara pendidikan karakter  tentu tidaklah mudah dibentuk hanya dengan proses yang instan namun perlu dirancang dałam proses pembelajaran yang holistik. Upaya ini dimulai dengan setiap mata kuliah MKU hendaknya selalu mengajak mahasiswa untuk terus berpikir kritis, berani mengemukakan pendapatnya, berani bertanya maupun berani berargumentasi untuk menanggapi persoalan-persoalan sosial dimasyarakat. Kemudian setiap dosen pengampu mata kuliah ini haruslah memiliki pengetahuan yang luas, memiliki kepekaan terkait dengan isu-isu nasional, serta cakap dalam mengajak mahasiswa mengkonstruksi problematika sosial dengan pendekatan-pendekatan yang komprehensif. Selain itu, perlu ada keselarasan antara matakuliah inti diprogram studi dengan MKU sehingga setiap kali mahasiswa belajar mata kuliah yang baru tidak kemudian meninggalkan basis nilai yang sudah dibangun pada MKU tersebut. Integrasi mata kuliah inti program studi dengan MKU ini minimal bisa diwujudkan melalui metode pembelajaran yang digunakan. Ketika dosen menyampaikan mata kuliah inti program studi maka dosen bisa menggunakan metode diskusi, case based, problem based, atau  project based. Pada saat mahasiswa menyelesaikan tugasnya itu, mereka didorong untuk bisa bekerjasama, saling menghargai, memiliki semangat pantang menyerah/tidak midah puts asa seta memiliki ketangguhan untuk menyelesaikan persoalan. 

Besarnya tantangan yang dihadapi disetiap MKU haruslah diimbangi dengan dasar kebijakan yang selaras dengan upaya penguatkan peran MKU membekali lulusan dengan karakteristik nasionali-patriotik. Oleh karena itu, kemudian tim MKU yang diketuai oleh Dr. Bambang Kusbandijo, MS merumuskan beberapa perubahan kebijakan yang meliputi: 1. menyelaraskan capaian pembelajaran pada tiap-tiap MKU. Untuk mata kuliah pancasila berfokus sebagai penuntun sekaligus dasar dari setiap mata kuliah, mata kuliah kewarganegaraan berperan sebagai perwujudan sikap nasionalisme, mata kuliah agama sebagai penuntun dan merefleksikan untuk menjadi bagian solusi, mata kuliah Bahasa Indonesia berperan sebagai komunikator atas ide maupun gagasan yang dibangun sedangkan mata kuliah patriotisme bergerak sebagai implementasi dari seluruh mata kuliah MKU. 2. pelaksanaan belajar mengajar pada MKU tidak cukup hanya dengan meningkatkan pemahaman saja namun harus berwujud pada proyek tertentu, maksud dari proyek ini adalah kegiatan-kegiatan mahasiswa yang bersentuhan langsung dengan 17 (tujuh belas) isu-isu pembangunan berkelanjutan (Sustainable development goals) yaitu: tanpa kemiskinan (zero proverty); tanpa kelaparan (zero hunger); kehidupan sehat dan sejahtera (good health and well being); pendidikan berkualitas (quality education); kesetaraan gender (gender equality); air bersih dan sanitasi layak (clean water and sanitation); energi bersih dan terjangkau (affordable and clean energy); pekerjaan kayak dan pertumbuhan ekonomi (decent work and economic growth);  Industri, inovasi dan infrastruktur (industry, innovation and infrastructure); Berkurangnya kesenjangan (reduced inequality); Kota dan permukiman yang berkelanjutan (sustainable cities and communities); Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (responsible consumption and production); Penanganan perubahan iklim (climate action); Ekosistem lautan (life below water); Ekosistem daratan (life on land); Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh (peace, justice, and strong institutions); Kemitraan untuk mencapai tujuan (partnerships for the goals). 3. rekonstruksi kurikulum yang ada di universitas untuk menjembatani target MKU membangun karakter mahasiswa. rekonstruksi ini tidal tanya sekedar berfokus pada rencana pembelajran semester (RPS) pada trap-tiap mata kilian namun juga penempatan MKU ini secara seragam diseluruh program studi. 

Mewujudkan proyek melalui  Tools design thinking 
Satu hal lagi yang tidak kalah penting dari FGD tersebut ialah, kesepakatan penggunaan tools design thinking untuk menghasilkan proyek mahasiswa. Desain thinking  merupakan pendekatan yang berpusat pada manusia terhadap inovasi, toolkit perancang untuk mengintegrasikan kebutuhan orang-orang, kemungkinan teknologi dan persyaratan untuk bisnis yang sukses (design thinking as midset, process and toolbox, Dan Brown, 2016). Design thinking juga berkaitan dengan cara seseorang untuk menghasilkan temuan, merupakan proses seseorang bekerja, belajar menemukan solusi untuk kesulitan yang mereka hadapi setiap hari, mengumpulkan semua informasi, mengurutkannya, mencari pola, menggunakan pola untuk memutuskan rencana tindakan, pertukar pikiran, membuat model atau prototype, sampai menghasilkan yang seharusnya (Kristian Fontichiaro, Cherry Lake Publishing, 2015). Tools design thinking ini terdiri dari lima (5) tahapan. pertama: adalah tahapan empati, ditahapan ini mahasiswa diajak untuk melakukan pengamatan, berinteraksi serta melakukan wawancara dengan kolompok subjek, serta diajak untuk membenamkan diri dengan menyelami apa yang dialami oleh kelompok subjek. Tahap kedua yaitu mengartikan, mengartikan ialah tahapan membuka dan mensintesakan temuan yang diperoleh pada tahap empati dengan mengelompokan berbagai kata kunci dari proses wawancara. Tahapan ketiga yaitu menggagas, menggagas merupakan tahapan untuk memulai mencoba merumuskan ide-ide kreatif, pada tahap ini mahasiswa dipacu untuk bisa melahirkan ide-ide kreatif, melahirkan gagasan yang lebih luas yang mencakup ide-ide solutif berbasis pada kebutuhan. Tahap keempat adalah purwarupa, pada tahap ini gagasan yang telah disepakati pada tahap sebelumnya dirubah menjadi bentuk fisik. Purwarupa ini harus sesuai dengan kriteria seperti: sesuai dengan keinginan subjek, bisa dijalankan (visible) dan memungkinkan secara finansial. Tahap kelima adalah menguji, pada tahap ini gagasan yang telah disepakati diuji dengan melibatkan kelompok subjek/masyarakat. Masing-masing tahapan tools design thinking ini kemudian diajarkan pada setiap pertemuan mulai dari pertemuan ke 2 membahas tentang tahapan empati, pertemuan ke 3 tentang tahapan mengartikan, pertemuan ke 3 tentang menggagas, pertemuan ke 4, 5, 6 tentang purwarupa dan pertemuan ke 7, 8, 9 adalah tahapan melakukan pengujian. Pada perkuliahan yang dijalankan nantinya  mahasiswa tidak hanya memperoleh materi pada mata kuliah tersebut untuk memperkaya pengetahuannya namun mahasiswa juga langsung diajak untuk mengaplikasikan pemahaman yang telah diperolehnya tersebut dengan merumuskan kegiatan barbasis proyek melalui tahapan tools design thingking. 

Penulis: Eko A. Ariyanto & Sayidah Aulia Ul Haque 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun