Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Utang Bukan Hanya Sekedar Urusan Uang

16 November 2012   10:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:15 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1353065572528732038

[caption id="attachment_223835" align="aligncenter" width="558" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption]

Utang atau sering disebut hutang, selalu identik dengan uang atau lebih tepatnya meminjam uang. Namun, pengertian utang sebenarnya tidak melulu berhubungan dengan uang, tetapi mengandung arti yang lebih luas, hingga istilah utang tidak hanya diikuti oleh kata uang saja, namun dapat dikuti kata yang lain misalnya utang budi, utang nyawa.

Kamus bahasa Indonesia online mendefinisikan bahwa utang adalah

1. Uang yang dipinjam dari orang lain

2. Kewajiban  untuk membayar kembali apa yang sudah diterima.

Menurut saya, utang berkaitan erat dengan sebuah janji atau komitmen, yaitu janji untuk mengembalikan apa yang sudah kita pinjam dan janji untuk memberikan atau melakukan sesuatu yang sudah kita ucapkan sebelumnya kepada orang lain.

Contoh sederhana dari pengertian utang yang tidak berkaitan dengan meminjam uang  adalah

  • Setiap akan kenaikan kelas dan sang anak terlihat sedang belajar menghadapi ujian, terkadang ada orangtua menjanjikan untuk memberikan hadiah  bila si anak naik kelas dengan nilai yang baik, tujuannya tentu sebagai penyemangat agar anak belajar serius. Janji memberikan hadiah merupakan utang orang tua yang seyogyanya dipenuhi bila sang anak mampu memenuhi syarat yang ditentukan untuk menerima hadiah.
  • Contoh lainnya adalah seorang pria berkata kepada kekasihnya bahwa bulan depan Ia akan melamarnya. Janji untuk melamar adalah utang pria tersebut kepada kekasihnya.

Masih banyak contoh lainnya, namun dari kedua contoh ini tidak salah bila muncul istilah bahwa janji adalah utang

Bila kita melihat definisi kedua dari pengertian utang diatas, yakni kewajiban untuk membayar/mengembalikan kembali apa yang sudah diterima maka utang juga dapat berupa barang atau benda yang kita pinjam dan harus dikembalikan. Barang yang kita pinjam dapat berupa apa saja, dari yang kecil seperti buku, pulpen, pensil, baju hingga yang besar seperti rumah, mobil, motor.

Karena alasan lupa, banyak orang yang tidak membayar utang untuk kedua jenis utang yang saya sebutkan diatas. Padahal bila kita berada diposisi sebagai pihak yang memberi utang atau penerima janji, tentu berharap untuk menerima apa yang sudah dijanjikan atau menerima barangnya kembali.

Utang yang berhubungan dengan uang.

Ada 2 kondisi dimana kita pada akhirnya memiliki utang kepada orang lain atau lembaga keuangan tertentu.

1. Tidak memiliki niat awal untuk berhutang

Maksud tidak memiliki niat awal yakni bila kita terpaksa meminjam uang untuk keperluan makan siang dan ongkos kepada teman/saudara karena dompet ketinggalan di rumah. Untuk jenis ini tentu jumlahnya tidak banyak dan meminjam hanya kepada perorangan.

2. Sengaja atau berniat untuk berhutang.

Maksud sengaja berhutang yakni sejak awal memang berniat meminjam uang kepada perorangan atau lembaga keuangan untuk memenuhi keperluan tertentu. Meminjam uang kepada lembaga keuangan dikenal dengan istilah KPR (Kredit Perumahan Rakyat), KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), KTA (Kredit Tanpa Anggunan) atau menggunakan kartu kredit untuk membeli sesuatu atau menarik tunai.

Ada beberapa sebab hingga kita terlilit utang yang akhirnya meyebabkan kita gali lubang tutup lubang, meminjam kepada orang/bank yang satu untuk membayar utang kepada orang/bank lain.

  1. Pengeluaran yang lebih besar dari penghasilan
  2. Tidak dapat menyesuaikan gaya hidup sesuai penghasilan atau cenderung mengikuti gaya hidup orang lain yang memiiki penghasilan lebih besar
  3. Terjadi musibah, misal ada keluarga menderita penyakit berat sehingga harus mengeluarkan biaya yang cukup besar
  4. Tertipu orang lain, misalnya ada yang meminjam dana melalui kartu kredit kita dan tidak membayarnya.

Lalu bagaimana bila kita berada pada kondisi terlilit utang, terutama utang kartu kredit yang bunganya bisa mencekik leher?

Pengalaman karyawan saya yang kartu kreditnya dipinjam oleh mantan bosnya untuk mengambil sejumlah uang dan kemudian dibawa kabur mungkin dapat menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita. Kehilangan pekerjaan ditambah dengan beban utang yang uangnya tidak pernah dinikmatinya mungkin hal terburuk yang dialaminya. Untuk membayar utang kartu kredit secara sekaligus pun rasanya tidak mungkin, maka dengan niat baik Ia meminta keringanan kepada Bank agar utang dapat dicicil secara berkala dalam jumlah tetap.

Untuk membantunya melunasi utangnya, kami memberikan sistem kerja yang memudahkannya untuk mengatur keuangan dengan baik. Gaji dan komisi yang kami berikan, dipakai untuk membayar angsuran Bank setiap bulan dan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, selain istrinya bekerja, Ia masih dapat mengambil keuntungan dari barang-barang yang dijualnya, karena kami sengaja menetapkan harga khusus agar Ia mudah juga melempar barang ke pasar. Butuh waktu hampir 2 tahun untuk melunasi utang Bank tersebut, dan sekarang Ia sudah dapat bernafas lega.

Utang dalam Sebuah Bisnis

Utang piutang dalam sebuah bisnis tentu dianggap menjadi hal yang lumrah, namun ada beberapa hal yang dapat kita soroti untuk utang dalam bisnis terutama untuk pedagang. Utang dalam bisnis dapat berbentuk pinjaman uang kepada Bank untuk modal atau dapat berbentuk utang pengambilan barang kepada pemasok barang.

Membeli barang dengan cara berhutang kepada pemasok barang atau lebih sering disebut Tempo, akan mendapatkan harga lebih tinggi dibanding kita membayar secara tunai. Biasanya suplier akan memberikan diskon tambahan atau diskon khusus bila kita membeli secara tunai

Untuk barang-barang yang laku keras di pasaran dan sudah memiliki nama, membeli dengan tunai akan membuat kita lebih mudah menjualnya karena harga dapat lebih bersaing. Namun, ada juga beberapa produsen yang memproduksi barang sejenis dengan merk baru dan tidak dikenal dimasyarakat, sistem penjualan yang mereka pakai bisanya memberikan harga murah dan memberi utang untuk waktu yang cukup lama.

Karena tergiur harga murah dan diberikan utang untuk waktu yang cukup lama, banyak toko yang terjebak untuk mengambil barang tersebut dalam jumlah yang banyak padahal barang tersebut belum tentu laku dijual. Akibatnya saat jatuh tempo tiba, toko tetap harus membayar utang karena barang tidak dapat dikembalikan dan akhirnya uang tunai yang seharusnya bisa dipakai untuk membeli barang yang laku dijual, terpakai untuk membayar barang-barang tersebut.

Utang, apapun jenisnya merupakan sebuah kewajiban yang harus kita bayar atau kembalikan atau penuhi dengan rasa tanggung jawab. Bila merasa tidak mampu untuk memenuhi atau mengembalikan atau membayar, sebaiknya kita tidak berhutang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun