Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Seorang Pramuwisma

22 Februari 2012   21:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329968034789817774

Namaku Santi, usiaku 23 tahun. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiranku kalau aku harus meninggalkan anak semata wayangku hanya bersama emak di kampung. Andai saja dulu aku tidak terpesona dan tergoda dengan ketampanan dan rayuan kang Jamal, mungkin aku tidak harus melalui jalan sesulit ini. " Tenang San, Akang segera menikahimu " begitu janji kang jamal waktu kubilang aku tengah mengandung anaknya. Namun janji tinggallah janji, kang Jamal pun tetap tak kunjung menikahiku. Melihat perutku yang semakin membesar, akhirnya Emak pun memberanikan diri mendatangi keluarga kang Jamal, memohon agar orang tuanya dapat mendesak kang Jamal untuk menikahiku. Emak khawatir aku diusir dari kampung bila warga mengetahui aku hamil diluar nikah. Tanpa tenda, tanpa janur kuning, tanpa ada sajian makanan di meja, aku resmi menjadi istri kang Jamal. Hakekat pernikahan yang sejatinya menjadi kebahagiaan dua insan yang saling mencintai, tidaklah berlaku untukku. Menjadi istri kang Jamal hanyalah menjadi sebuah status bagiku, sejak pernikahan itu, kang Jamal tidak pernah melaksanakan kewajibannya menjadi suami. Sampai anakku lahir, hanya Emak yang setia menemaniku. Sekarang anakku sudah 5 tahun, kebutuhan hidup pun semakin bertambah, warung kopi emak tampaknya sudah tidak dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan kami, karena banyak pemuda kampung yang biasanya nongkrong di warung emak hijrah ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dengan berat hati dan atas persetujuan Emak, aku pun ikut Ceu Imas ke kota untuk mencari pekerjaan. ******* "Nanti kalau ditanya majikan, bilang aja kamu ini janda ya" begitu pesan Ceu Imas "Kenapa gitu Ceu?" "Biasanya majikan di kota gak mau nerima pembantu yang punya suami, ribet katanya, suka didatangin suaminya" begitu jelas Ceu Imas "Ooh gitu" bathinku Menjadi pembantu rumah tangga, ya .. hanya menjadi seorang pembantu rumah tangga, pekerjaan yang bisa diperoleh untuk seorang perempuan kampung, lulusan SD yang tidak memiliki keterampilan apa-apa seperti aku ini. Mungkin karena Tuhan kasihan padaku, hingga aku bisa mendapatkan majikan yang baik hati. Pasangan muda yang sibuk bekerja dengan seorang anak berumur 5 tahun, persis seusia dengan anakku. Karena sudah terbiasa mengurus anakku sendiri, aku dapat dengan mudah mengasuh anak majikanku ini, walau kadang airmataku jatuh manakala aku teringat buah hatiku di kampung. Tak terasa sudah setahun aku bekerja dirumah itu, dan sudah enam bulan ini aku dekat dengan dengan kang Dadang tukang sayur langgananku. Entah apa yang dilihat kang Dadang dariku hingga Ia mau menjadikanku Istrinya. Dari sikapnya aku tahu kang Dadang tulus mencintai aku, namun aku sadar, aku tidak dapat menerima lamarannya karena aku masih berstatus istri Kang Jamal. Karena tidak ingin mengecewakan Kang Dadang akhirnya akupun menceritakan statusku yang sebenarnya kepadanya, ku pikir tadinya kang Dadang akan marah padaku, karena selama ini aku telah membohonginya, tapi tak kuduga dengan lembut kang Dadang berkata, " Gak apa apa Neng, nanti kalau Neng pulang kampung, Neng coba bicarakan baik baik sama suami Neng, minta dia menceraikan Neng, Akang akan selalu menunggu Neng disini" itulah ucapan kang Dadang yang membuat aku semakin percaya pada ketulusannya. ****** Seperti pembantu pembantu rumah tangga lainnya, menjelang lebaran aku pun minta ijin untuk berlebaran di kampung. Dengan berat hati aku tinggalkan keluarga majikan yang sudah aku anggap keluargaku sendiri, berangkat menuju kampung halaman. Rasa rindu yang dalam pada emak dan anakku, membuat aku tak sabar untuk segera tiba di rumah. Namun kegembiraanku seakan terhenti saat aku melihat Kang Jamal sedang bermain dengan Rifki anakku. " Sudah pulang San?" Kang Jamal pun menyapaku " Iya Kang" hanya jawaban singkat yang dapat ku berikan padanya. Setelah mencium dan memeluk anakku, aku pun masuk ke dalam menjumpai Emak. Ku tanyakan kepada Emak, mengapa Rifki bisa bersama Kang Jamal. Dari mulut Emak, akhirnya aku pun mengetahui, bahwa sejak kepergianku ke kota, Kang Jamal mulai sayang pada Rifki, sudah tidak mabuk-mabukan dan berjudi lagi, bila Rifki sakit pun, Ia rela begadang menjaga Rifki. Dan dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya, Kang Jamal juga membuka usaha air isi ulang di kampung. Teringat pada ketulusan kang Dadang, aku pun memberanikan diri untuk meminta cerai dari Kang Jamal. " Kang, karena selama ini akang tidak pernah menganggap Santi istri akang, dan karena akang tidak pernah benar benar mencintai Santi, Santi mohon akang ceraikan Santi, supaya kita berdua bisa hidup bebas dengan jalan kita masing masing" Tanpa kuduga, tiba tiba Kang Jamal turun dari kursinya, lalu duduk di bawah kakiku, Ia meminta maaf dan memohon padaku untuk tetap menjadi istrinya Aku hanya terdiam, aku bingung, mana yang harus ku pilih, di sana sudah menunggu seorang lelaki yang tulus menyayangi aku, sedangkan disini, duduk seorang lelaki, yang sudah bertobat dan ayah dari anakku. ***** Sudah seminggu aku berada di kampung, ku lihat Kang Jamal sedang bermain dengan Rifki anakku. Sambil memperhatikan mereka, Kuambil hapeku dari saku celanaku, kemudian tanganku pun mulai mengetik sebuah pesan: " Kang Dadang yang baik hatinya, terima kasih untuk kasih sayang tulus Akang ke Neng, tapi Neng mohon maaf Kang, Neng tidak dapat kembali ke sana, Neng memutuskan untuk memulai hidup baru Neng dengan suami dan anak Neng di kampung. Doa Neng, semoga Akang bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Neng untuk dapat menjadi istri Akang, Ibu dari anak anak Akang. Sekali lagi, maafin Neng ya Kang" Pesan pun terkirim, dan aku pun beranjak dari kursiku untuk ikut bermain bersama mereka. ilustrasi from detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun