Ramainya berita politik yang diangkat media belakangan ini, seperti tertangkapnya para politisi dan pejabat yang tersangkut korupsi, ‘drama’ kenaikan elpiji, hingga isu-isu politik mengenai pasangan capres dan cawapres tampaknya menutupi perhatian masyarakat mengenai kondisi perekonomian negeri ini yang tampaknya akan berdampak buruk bagi kondisi ekonomi masyarakat terutama golongan menengah kebawah.
Sebagai ibu rumah tangga yang setiap bulan belanja kebutuhan rumah tangga, dan sekaligus membantu suami yang berprofesi sebagai pengasong, maka saya mengikuti betul perkembangan perekonomian saat ini.
Saat harga BBM subsidi dinaikkan, yakni Juni 2013, hampir semua harga barang dan jasa transportasi ikut naik karena biaya operasional ikut meningkat. Namun kenaikan tersebut tidak begitu besar karena hanya menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM. Pada Juni 2013 tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih dibawah Rp. 10.000,-.
Pada Oktober 2013, harga barang mulai kembali naik, karena pada akhir September 2013 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih dari Rp. 11.000,-
Awal Januari 2014 ini, harga barang yang sudah naik pada Oktober 2013 naik kembali mengingat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih dari Rp. 12.000,-
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ASÂ lebih berpengaruh secara signifikan kepada kenaikan harga barang di Indonesia dibanding oleh kenaikan harga BBM subsidi, mengingat sebagian besar komoditi di Indonesia baik Migas maupun Nonmigas bergantung kepada impor, baik untuk bahan baku maupun bahan penolong.
Karena banyaknya produk yang bergantung pada impor, bahkan untuk makanan seperti tahu tempe, maka melemahnya nilai tukar rupiah akan memicu kenaikan harga-harga tersebut dan berpengaruh pada perekonomian keluarga terutama golongan menengah ke bawah.
Kenaikan yang signifikan akibat melemahnya nilainya tukar rupiah tersebut biasanya terlihat pada produk susu balita dan produk kebutuhan rumah tangga. Untuk yang memiliki kendaraan, hampir semua bagian suku cadang kendaraan mengalami kenaikan harga suku cadang kendaraan dan bila dirata-rata kenaikan harga sejak Oktober 2013 lebih dari 10 persen.
Untuk yang memiliki penghasilan yang besar, kenaikan harga-harga tersebut mungkin hanya akan sedikit menggeser besaran jumlah uang yang biasa disimpan sebagai dana cadangan rumahtangga, kemudian dialihkan untuk pos-pos kebutuhan hidup sehari-hari.
Sedangkan untuk rumah tangga yang memiliki penghasilan yang setiap bulannya hanya pas untuk kebutuhan hidup sehari-hari, maka kenaikan harga barang yang tidak diikuti oleh kenaikan jumlah penghasilan akan menimbulkan menurunnya kemampuan beli barang-barang tersebut bahkan dapat menurunkan kesejahteraan rumah tangga tersebut.
Artikel ini saya tulis dengan tujuan agar perhatian kita tidak hanya terfokus pada isu-isu politik tetapi juga harus fokus terhadap kondisi perekonomian saat ini, agar pemerintah juga dapat lebih fokus menetapkan langkah-langkah yang dapat memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini. Selain itu, semoga ini juga dapat mengingatkan kita semua untuk kembali mengatur keuangan rumah tangga sehingga dapat menyesuaikannya dengan kenaikan-kenaikan harga barang saat ini.
Mengenai pengaturan keuangan keluarga dapat dibaca pada 3 artikel yang saya tulis di Kompasiana dibawah ini.
3.http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/10/05/menyesal-berhemat-499144.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H