[caption id="attachment_401838" align="aligncenter" width="630" caption="Capture website kawalapbd.org"][/caption]
“Darah saya masih merah, tulang saya masih putih dan paspor saya masih hijau” demikian kalimat yang dituturkan oleh Ainun Najib (@ainunnajib) saat ditanya latar belakangdibuatnya situs KawalAPBD.org bersama rekannya Pahlevi Fikri Auliya di acara talk showsalah satu stasiun televisi di Indonesia.
Saat pemilu Tahun 2014 lalu, kedua anak bangsa yang ahli di bidang IT ini membuat situs kawalpemilu.org sehingga masyarakat dapat ikut serta mengawal suara hasil pemungutan suara.
Dibuatnya dua situs tersebut tentu di latarbelakangi karena adanya data resmi yang dikeluarkan secara online baik dari KPU maupun dari Pemprov DKI. Meskipun awalnya iseng, kemampuan mereka mengolah data rumit menjadi data yang mudah dipahami oleh masyarakat awam membuat apa yang mereka kerjakan menjadi hal berguna bagi masyarakat.
Sebagai contoh di situs KawalAPBD.org, kita dapat melihat visualisasi anggaran yang menggambarkan secara jelas, data anggaran yang ada di versi APBD DPRD namun tidak ada di versi APBD Pemprov DKI. Digambarkan jelas pula besarnya tambahan anggaran setiap komisi dan bila kita klik akan muncul kotak-kotak kecil dinas mana saja yang mendapat tambahan anggaran tersebut. Total selisih anggaran APBD versi DPRD dengan APBD versi Pemprov mencapai Rp. 10.553.071.000.000
[caption id="attachment_401840" align="aligncenter" width="548" caption="Tersedia kolom like, dislike dan komentar (kawalapbd.org)"]
Selain ada pilihan like dan dislike (sebelumnya pantas dan tidak pantas ) pada nama setiap nama kegiatan yang tercantum, di situs KawalAPBD.org ini pula dua anak muda mengajak masyarakat untuk bisa berkomentar mengenai nama kegiatan yang direncanakan dan besaran anggaran yang dikeluarkan. Misalnya kita bisa menilai besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk pengadaan papan catur sebesar Rp. 200.000.000 atau pengadaaan printer 3D di sekolah menengah, belum lagi adanya E-SMS yang besarnya milyaran rupiah untuk masing-masing sekolah.
Saat ditanya opini mengenai perbedaan data tersebut, Ainun menjelaskan bahwa mereka hanya menyajikan data agar masyarakat bisa melihat sendiri kebenaran data dan tidak berpihak.
Apa yang dilakukan dua anak bangsa yang berdomisili di Singapura ini semoga bisa menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya untuk menggunakan keahlian yang mereka miliki guna kepentingan bangsa dan negara.Mereka menjadi setetes air yang menyejukan ditengah dahaga miskinnya kepedulian terhadap nasib bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H