[caption caption="ilustrasi; Shutterstock.com"][/caption]Sebuah keluarga, dengan dua orang anak yang memiliki selisih jenjang pendidikan tiga tahun antara keduanya, merasa panik saat mereka harus naik ke jenjang yang lebih tinggi secara bersamaan, si Kakak naik dari Sekolah Menengah Tingkat Pertama ke Sekolah Menegah Tingkat Atas dan si Adik naik dari Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama. Kepanikan keluarga ini disebabkan orang tua tidak siap untuk membayar biaya pendidikan yang cukup besar bagi keduanya.
Keluarga ini bukan termasuk keluarga tidak mampu, karena kedua orang tua adalah pekerja, namun pada saat itu, sang Ayah belum lagi menerima kontrak pekerjaan baru setelah 6 bulan lalu menyelesaikan kontrak kerja dengan perusahaan lama, sedangkan gaji dari pekerjaan Ibu digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Uang yang disisihkan dari hasil kerja si Ayah habis untuk membayar kewajiban cicilan rumah dan mobil yang lumayan besar jumlahnya.
Biaya pendidikan yang ternyata sangat besar nilainya tidak mereka pikirkan sejak dini karena tidak menyangka bahwa si ayah akan mengalami kesulitan mendapatkan kontak kerja baru, dan dulunya merasa sanggup untuk membayar biaya tersebut mengingat besarnya gaji setiap bulan yang diterima si Ayah akan cukup untuk membayar biaya tersebut.
Beruntung hasil ujian kedua anak tersebut bagus, dan mereka lolos masuk ke sekolah negeri yang bebas biaya, sehingga biaya yang harus dikeluarkan tidak terlalu besar.
Belajar dari kejadian ini, ketika si Ayah mendapat kontrak kerja baru, maka mereka memasukan kedua anaknya ini kedalam program asuransi pendidikan sebagai persiapan untuk mereka memasuki kenaikan jenjang yang berikutnya.
Ilustrasi lain yang akan saya ceritakan terjadi pada hidup saya pribadi, saat usia 7 tahun, ayah saya meninggal dunia, namun saya tetap dapat melanjutkan pendidikan hingga menyelesaikan kuliah karena ayah saya ternyata memasukkan saya ke dalam asuransi pendidikan. Saat ayah saya meninggal, asuransi pendidikan saya menjadi bebas premi artinya keluarga saya tidak perlu lagi membayar premi setiap bulan namun manfaat yang saya terima tetap sesuai kontrak awal dengan pihak perusahaan asuransi.
Santunan asuransi yang saya ambil setiap enam bulan sekali dalam bentuk USD, cukup untuk membiayai kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri hingga wisuda, bahkan biaya penelitian yang cukup besarpun saya ambil dari sana karena saat itu nilai tukar USD terhadap Rupiah mengalami kenaikan.
Dari kedua ilustrasi yang saya ceritakan diatas, dapat terlihat jelas bahwa dalam hidup ada ketidakpastian, dan ketidakpastian tersebut mengandung risiko yang berpengaruh pada kondisi perekonomian keluarga, sehingga diperlukan perencanan yang matang untuk menghadapinya.
Dibalik ketidakpastian, ada kepastian yang harus dijaga oleh orang tua yaitu masa depan anak, dan masa depan anak tersebut berkaitan erat dengan biaya pendidikan. Dengan memiliki pendidikan yang baik tentu orang tua berharap bahwa masa depan anak-anaknya lebih terjamin.
Agar dapat menjaga kepastian masa depan anak, maka diperlukan perlindungan terhadap kerugian finansial yang disebabkan oleh risiko ketidakpastian dalam hidup manusia, salah satunya dengan cara mengikutsertakan mereka dalam asuransi pendidkan.
Alasan mengapa mengikutsertakan anak-anak dalam asuransi pendidikan lebih baik daripada sekedar menabung adalah :
- Berasuransi akan membuat kita lebih disiplin untuk menyisihkan uang dibanding dengan menabung biasa, karena dalam asuransi ada kontrak antara kita dengan pihak asuransi yang sama-sama harus ditaati, termasuk dalam hal pembayaran premi. Bila kita tidak disiplin dalam membayar premi maka polis asuransi akan menjadi tidak aktif dan otomatis kewajiban pihak asuransi untuk membayar manfaat asuransi menjadi tidak berlaku lagi.
- Dana pendidikan hanya dapat diambil dalam waktu-waktu tertentu sesuai yang tercantum pada kontrak asuransi dalam polis, dan biasanya disesuaikan dengan tahapan kebutuhan penggunaan dana sekolah anak, sehingga dana terjamin tersedia saat waktunya. Hal ini berbeda dengan kita menabung biasa, yang dapat diambil sewaktu-waktu, sehingga bisa saja saat anak membutuhkan biaya, dana tersebut sudah tidak tersedia lagi.
- Karena tujuan berasuransi melindungi dari risiko ketidakpastian yang berpengaruh pada kerugian finansial, maka seperti yang terjadi pada kasus ayah saya, yang meninggal sebelum masa pembayaran premi asuransi selesai, maka pihak asuransi mengambil alih pembayaran premi tersebut dan saya tetap dapat menerima manfaat asuransi sesuai kontrak. Hal ini berbeda dengan menabung biasa, pada saat terjadi risiko yang mengakibatkan kita tidak lagi dapat berpenghasilan seperti meninggal atau mengalamai risiko cacat tetap total maka otomatis kitapun tidak dapat menabung lagi.