[caption id="attachment_321593" align="aligncenter" width="300" caption="sumber instagram Dian Sastro @therealdisastr"][/caption]
Kemarin saya membaca berita mengenai Dian Sastrowardoyo yang sukses menyelesaikan S2, Jurusan Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi, UI. Dian Sastro begitu bangga dengan gelar yang baru dicapainya, karena sebagai Ibu dari 2 orang anak dan dengan berbagai kesibukannya Ia dapat menyelesaikan gelar master dengan predikat cum laude.
Dian Sastro bukanlah selebriti pertama yang dapat meraih gelar master dengan predikat cum laude setelah menjadi ibu rumah tangga, Dessy Ratnasari pun pernah melakukannya di tahun 2010 lalu, jadi bagi saya perolehan yang dicapai Dian Sastro ini bukanlah hal yang mengejutkan saya, karena Ia memang memiliki modal dan dukungan serta alasan yang cukup untuk mewujudkannya.
Yang mengejutkan saya justru saat malam harinya, mantan asisten rumah tangga (ART) saya sms dan menanyakan jawaban beberapa soal bahasa Inggris. Tadinya saya pikir soal-soal tersebut ditanyakan sehubungan dengan pelajaran adiknya, namun setelah saya tanya lebih lanjut, soal-soal itu ditanyakan sehubungan Ia sedang mengikuti program Paket C untuk mendapat ijazah setara SMA.
Mantan ART saya ini awal bekerja dengan saya dulu memang baru lulus SMP dan bekerja ke Jakarta karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah, bekerja sejak tahun 2008 dan berhenti di tahun 2011 karena menikah dan saat ini sudah memiliki seorang anak. Meskipun tidak bekerja lagi kami tetap berkomunikasi baik sms ataupun telepon, meskipun tidak rutin.
Menurut ceritanya, program kegiatan belajar untuk masyarakat di kampungnya baru dilaksanakan tahun ini oleh PKMB dari kota Metro di Lampung, dan baru berlangsung 5 bulan. Terdiri program paket A, Paket B dan Paket C. Program ini ternyata banyak diminati masyarakat di kampungnya yang memang rata-rata dulunya putus sekolah karena tidak mampu melanjutkan sekolah ke kota karena alasan biaya. Untuk kelas Paket C saja pesertanya terdiri dari 50 orang.
Kegiatan mengajar di kelasnya hanya dilakukan seminggu satu atau dua kali, tergantung pengajar yang datang ke kampungnya. Biasanya peserta akan diberitahukan melalui SMS dan diminta menginformasikan kepada peserta lain. Buku-buku untuk belajar diperoleh gratis, mereka hanya diminta membayar bila kegiatan tertentu sekitar Rp. 10.000,- .
Saat saya tanya untuk apa ikut sekolah lagi, Ia hanya menjawab, “ ingin belajar aja bu, mumpung ada program ini di kampung, untuk masa depan juga, siapa tahu nanti malah bisa kuliah atau bisa untuk dipakai kerja.”
Dari cerita Dian Sastro dan mantan ART saya, ada pesan yang dapat kita ambil, bahwa keinginan belajar milik siapa saja, baik muda ataupun tua, berkeluarga atau belum berkeluarga, bahkan untuk yang tinggal di pelosok daerah sekalipun, yang penting ada kesempatan dan dukungan kepada mereka untuk dapat mewujudkannya.