Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Kasus Pelecehan Seksual Jupiter Fortissimo dan Emon

7 Mei 2014   07:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menyaksikan pengakuan Jupiter Forttisimo di acara ILC malam tadi, bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual saat kanak-kanak, yang pelakunya adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh Ibunya (seorang opa) untuk menjaga Jupiter dan kakaknya saat sang Ibu yang merupakan seorang single parent sedang bekerja, membuat saya teringat kembali dengan cerita seorang teman yang mengalami kelainan seksual, yaitu menyukai hubungan sesama jenis.

Dampak dari kejadian buruk masa kecil yang membawa seorang Jupiter menjadi penyuka hubungan sesama jenis, juga dialami oleh teman saya tersebut. Bedanya, Jupiter mengalami pelecehan saat kanak-kanak, sedangkan teman saya saat remaja.

Pengakuan pelaku kekerasan seksual terhadap anak di Sukabumi (Emon) juga menyebutkan bahwa dirinya juga pernah menjadi korban saat masih kanak-kanak.

Mungkin masih banyak kasus seperti yang Jupiter atau Emon atau yang teman saya alami, yang pada akhirnya berdampak pada penyimpangan prilaku seksual saat mereka beranjak dewasa. Dan sangat berbahaya bila akhirnya mereka menjadi pelaku seperti Emon dan kemudian menghasilkan korban-korban baru, begitu seterusnya.

Seperti yang dikatakan Jupiter, bahwa yang diperlukan korban kekerasan seksual pada anak bukan hanya penyembuhan secara fisik, namun pemulihan secara mental secara terus menerus hingga kejadian buruk masa kecil tidak berdampak buruk saat kelak mereka dewasa.

Sebagai seorang Ibu yang memiliki 2 anak, satu remaja dan satu kanak-kanak, berita – berita pelecehan seksual cukup menghadirkan kekhawatiran pada diri saya, mengingat pelaku bisa saja orang yang ada disekitar kami, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah.

Saat muncul berita pelecehan seksual yang terjadi pada murid TK JIS, saya mulai berpesan kepada anak saya yang kecil , “ Dek, jangan mau kalau ada menyuruh buka baju atau celana Adek selain mami ya, apalagi kalau dipegang-pegang badannya, meskipun adek kenal sama orang itu.”

Karena anak saya termasuk anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, maka dipesan seperti itu tentu saja Ia bertanya, kenapa dan ada apa.

Agar ia mau melakukan dan memperhatikan pesan yang saya berikan, mau tidak mau saya berusaha menjelaskan dengan bahasa yang sangat sederhana mengenai adanya anak yang menjadi korban kekerasan seksual dan berharap bahwa ia berani menolak bila ada yang bermaksud tidak baik.

Selang beberapa waktu hingga tadi saya mendengar pengakuan Emon yang dengan mudah mendapatkan korban, yaitu dengan mengajak berkenalan, membujuk dengan bahasa yang halus, mengajak bermain dan mengiming-imingi diberi uang lima puluh ribu rupiah, maka saya pun mengulang pesan saya yang terdahulu serta ditambah dengan pesan-pesan baru, agar anak saya berhati-hati dengan orang yang tidak dikenal dan jangan mau dibujuk atau dirayu untuk ikut siapapun tanpa seijin saya dan ayahnya.

Walaupun saat ini saya adalah seorang Ibu yang full time berada di rumah, mengantar dan menjemput ke sekolah, memantau sendiri perkembangannya, namun saya merasa bahwa membekali anak saya agar dapat melindungi dirinya sendiri saat tidak bersama saya adalah hal yang sangat penting, karena saya tidak berharap bahwa kejadian buruk tersebut menimpa anak-anak saya dan sebagai Ibu saya berharap tidak ada lagi korban-korban kekerasan seksual pada anak-anak di seluruh dunia.

Untuk Ibu yang bekerja, yang mempercayakan pengasuhan anak kepada orang lain, semoga lebih berhati-hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun