Seorang underwriter juga harus dapat berkomunikasi dengan baik, karena biasanya bila ada kekurangan data, akan meminta bantuan agen atau marketing untuk meminta kekurangan data kepada nasabah. Bila tidak dapat berkomunikasi dengan baik, akan terjadi kemungkinan kesalahan data yang seharusnya dibutuhkan dengan yang diterima nantinya.
Karena keputusan yang diberikan underwriter menentukan "nasib" agen atau marketing asuransi, maka kerapkali underwriter menjadi sasaran curhat (istilah lebih halus dari dimarah-marahin* hehehe) bila pengajuan asuransi nasabahnya ditolak terutama dengan premi-premi besar.
Bukan hanya dengan marketing, underwriter juga harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan pihak reasuransi, karena tidak semua pengajuan asuransi dapat ditanggung sendiri oleh perusahaan asuransi, melainkan harus diasuransikan kembali ke perusahaan reasuransi.
Underwriter ini menjadi pekerjaan pertama sekaligus terakhir saya, karena setelah memutuskan berhenti bekerja di tahun 2010, saya tidak lagi bekerja secara formal di sebuah perusahaan, fokus menjadi ibu rumah tangga dan sekali-sekali menulis di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H