Â
Pulau Laki
Sebenarnya saya termasuk yang tidak suka berlibur saat long weekend yang identik dengan macet dan penuhnya tempat wisata. Namun, mengingat tempat tujuan sangat dekat karena masih di kota tempat tinggal, maka saya pun menyetujui untuk mengisi satu hari libur dengan pergi ke Tanjung Kait.
Di Tanjung Kait sendiri kami tidak dapat turun ke pantai mengingat air yang sudah berwarna coklat dan tidak bagus untuk anak-anak bermain air, sehingga saat itu kami hanya makan siang di pondokan yang terbuat dari bambu dan berada dipinggir laut.
Setelah makan siang kami ditawarkan untuk naik perahu menuju Pulau Laki dengan biaya Rp. 50.000/orang untuk pulang pergi. Saat ditanya ada apa di Pulau Laki, calo yang menawarkan jasa  naik perahu hanya menjawab bahwa disana lebih bagus dan lebih bersih airnya daripada di Tanjung Kait dan tidak banyak orang. Karena baru mendengar nama pulau tersebut, ditambah dengan penasaran seperti apa pulau tersebut akhirnya kami setuju untuk pergi ke Pulau Laki dengan perahu.Â
Â
Setengah jam perjalanan berlayar menggunakan perahu dari Tanjung Kait, kamipun tiba di Pulau Laki. Di sepanjang perjalanan laut terhampar beberapa pondokan yang terbuat dari bambu yang disusun sedemikian rupa untuk tempat orang memancing.Â
Tiba di Pulau Laki yang kami temui hanya sekelompok anak muda sedang duduk memancing, selain itu tidak ada tanda-tanda aktivitas manusia di pulau itu. Pinggir pantai yang sebenarnya indah (abaikan gambar orangnya :D) hampir semua tertutup oleh sampah-sampah yang terbawa oleh air laut, meskipun airnya masih sangat jernih, tidak ada ombak yang besar, Â dan layak untuk digunakan bermain.Â
Â