[caption caption="Nangkring Kompasian BKKBN (dokumen pribadi)"][/caption]
Gagal dalam berencana berarti sedang merencanakan kegagalan, demikian kalimat paling berkesan yang saya tangkap dari penjelasan yang disampaikan oleh Bapak dr. Abidinsyah Siregar, Deputi Bidang Advokasi, Pergerakan dan Informasi (Adpin) BKKBN Pusat, saat acara Kompasiana Nangkring bersama BKKBN, yang dilaksanakan pada 8 Juli 2015, di Hotel Santika, Teras Kota, Tangerang Selatan, yang tahun ini menjadi tuan rumah diselenggarakannya Hari Keluarga Nasional (Harganas).
Hadir pula dalam acara Nangkring Kompasiana bersama BKKBN, Ibu Airin Rachmi Diany, selaku Walikota Tangerang Selatan yang menyampaikan kesiapan kota Tangerang Selatan menjadi tuan rumah peringatan Harganas 2015 yang rencananya akan dihadiri oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo. Selain memberitahukan rangkaian jadwal kegiatan acara peringatan Harganas 2015, yang akan berlangsung dari tanggal 28 Juli 2015 – 1 Agustus 2015, Ibu Airin juga menyampaikan program kerja yang sudah dilakukan oleh kota Tangerang Selatan sehubungan dengan kegiatan kependudukan dan keluarga berencana, seperti sosialisasi mengenai pentingnya perencanaan dalam upaya membentuk keluarga berkualitas, turun langsung ke lapangan melakukan penyuluhan BKB (Bina Keluarga Balita) maupun menyampaikan dampak negatif dari pernikahan dini serta rutin melakukan kegiatan Pos KB dan Posyandu di wilayah Tangerang Selatan.
Selain Ibu Airin dan Bapak Abidin, narasumber lain yang hadir adalah Bapak Suyono Hadinoto, Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN, yang mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai wujud revolusi mental.
BKKBN mengundang Kompasianer untuk menjadi mitra dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai peringatan Hari Keluarga Nasional 2015 yang merupakan momentum untuk mengingatkan pentingnya membangun keluarga berkualitas dalam upaya membangun karakter bangsa mewujudkan Indonesia sejahtera.
Daya Tampung, Daya Dukung dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penjelasannya, Bapak Abidin mengingatkan kita mengenai latar belakang dilaksanakannya program keluarga berencana pada tahun 1970 di Indonesia, yaitu dimana pemerintah saat itu melihat angka perkembangan penduduk sangat tinggi sehingga merasa perlu dilakukan upaya pengendalian jumlah penduduk, agar sesuai dengan daya tampung dan daya dukung yang dimiliki.
Daya tampung berkaitan erat dengan kenyamanan dan keleluasan masyarakat yang tinggal di suatu wilayah, bila jumlah penduduk mebihi kapasitas maka akan berdampak pada kehidupan sosial dan kondisi lingkungan masyarakat.
Selain daya tampung, daya dukung menjadi hal penting yang diperhatikan pemerintah agar masyarakat dapat tercukupi kebutuhannya, baik kebutuhan akan air, kebutuhan energi, kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya.
Pengendalian jumlah penduduk juga berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Bila laju pertumbuhan penduduk melebihi laju pertumbuhan ekomomi maka akan berdampak pada besarnya tingkat kemiskinan masyarakat.
Sejak dicanangkan hingga tahun 2010, program keluarga berencana berhasil mencegah angka kelahiran hingga 100 juta, dan keberhasilan ini berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.
[caption caption="capture materi Nangkring bkkbn (dok pri)"]