Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sakitnya Menerima Uang Palsu

28 Maret 2012   15:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:20 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah menerima uang palsu? Belum ya? Bersyukurlah dan tetap berhati hati bila belum pernah menerimanya. Yang paling berisiko menerima uang palsu adalah orang yang berprofesi sebagai pedagang/retail. Karena para penjahat uang palsu menjalankan aksinya dengan cara menggunakan uang palsu tersebut untuk berbelanja di toko-toko atau pasar tradisional, dan biasanya mereka mencari toko-toko yang ramai pengunjung/pembelinya, semakin ramai, si pemilik toko pasti menjadi lebih sibuk sehingga kemungkinan akan lengah dan tidak memperhatikan jenis uang yang diterimanya. Beredarnya uang palsu ini biasanya marak saat menjelang hari raya, karena menjelang hari raya toko biasanya ramai dikunjungi pembeli. Selain dengan cara berbelanja, para pengedar uang palsu biasanya menggunakan cara dengan berpura-pura menukarkan uang besar menjadi uang dengan pecahan lebih kecil. Maksud baik membantu malah akhirnya kena tipu. Di media, baik di televisi, radio dan surat kabar sudah banyak iklan peringatan mengenai uang palsu ini. Slogannya pun sudah sangat kita hafal,yakni dilihat, diraba, diterawang.  Untuk supermarket dan Bank disediakan lampu UV untuk mendeteksi keaslian uang yang diterima. Meskipun sudah sangat hafal mengenai slogan tersebut, dan sudah sering menerima uang asli, bahkan sudah menyediakan lampu uv, ketika kondisi toko sedang ramai atau ketika kita sedang lengah, maka tidak kecil kemungkinan kita bisa menerima uang palsu tersebut. Bagaimana rasanya saat kita mengetahui atau baru menyadari bahwa uang yang kita terima tersebut adalah uang palsu? Sakit hati, kesal, marah? apalagi bila uang palsu yang kita terima itu pecahan uang besar seperti Rp. 50.000 atau Rp. 100.000. Untuk orang yang memiliki hati yang ikhlas dan berfikir bahwa uang palsu tersebut bukanlah bagian dari rejeki yang diterimanya hari itu, maka orang tersebut akan memusnahkan uang palsu tersebut. Untuk orang yang tidak ikhlas, maka orang tersebut akan berpikir keras, bagaimana caranya agar uang palsu tersebut berpindah tangan, sehingga kerugian tidak ditanggung olehnya tapi oleh orang lain. Saat ini saya ingin mengajak para pembaca merenung, bagaimana bila penerima uang palsu tersebut adalah pedagang kecil, sopir angkutan atau kaum pinggiran lainnya.  Bagi mereka uang dengan nilai tersebut sangatlah berarti, mungkin dapat menghidupi keluarganya selama seminggu.  Jadi,  bila kita berusaha melakukan pindah tangan uang palsu tersebut, selain kita akan disangka ikut terlibat mengedarkan dan bisa menimbulkan sangsi hukum maka ada kemungkinan penerima uang palsu yang kita pindahkan adalah orang-orang kaum pinggiran tersebut. Sehingga, untuk memutus peredarannya, sebaiknya kita musnahkan. Belakangan ini, secara kasat mata, jenis uang palsu yang beredar sangat mirip dengan yang aslinya. Ada gambar air dan benang pengaman, jenis kertas yang digunakan juga hampir serupa ketebalannya dengan uang asli, yang membedakannya warna tinta agak gelap dan saat diraba, uang palsu kertasnya lebih halus dibanding dengan uang asli. Untuk uang asli, pada angka yang menunjukkan besarnya nominal uang tersebut, dicetak lebih timbul sehingga akan terasa bila diraba, pada uang palsu tidak akan teraba bagian timbul tersebut. Untuk mengurangi kemungkinan kita menerima uang palsu, maka ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan :

  • Untuk pembaca yang berprofesi sebagai pedagang dan ramai pembelinya, sebaiknya ada karyawan/bagian khusus yang menerima uang (kasir) sehingga konsentrasi untuk penerimaan uang tidak terbagi dengan kegiatan melayani pembeli.
  • Berhati-hati bila saat toko ramai, kemudian ada oknum yang seolah bertindak mencari perhatian dengan cara membuat keributan atau komplain dengan lamanya pelayanan, dan berusaha memancing emosi penjual dan akhirnya konsentrasi penjual akan terbagi.  Maka, disaat itu, kemungkinan ada teman dari oknum tersebut  yang menjalankan aksinya dengan cara berbelanja dan menggunakan uang palsu.
  • Berhati-hati bila ada orang yang meminta menukarkan uang, bukan berarti tidak perlu membantunya, tetapi perlu sangat berhati hati saat menerima uang tersebut, pastikan bahwa uang yang kita terima asli, setelah yakin asli,barulah kita berikan uang tukarannya.
  • Periksa uang kembalian saat kita berbelanja, meskipun jarang ditemukan uang palsu pecahan kecil, tapi tidak menutup kemungkinan beredarnya uang palsu dengan pecahan kecil tersebut, karena para pembuat uang palsu akan merasa lebih mudah mengedarkan karena masyarakat lebih fokus pada uang pecahan yang besar.

sumber gambar  shutter stock

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun