Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Anak Sering Kencing (Bukan Anyang-anyangan)

21 Agustus 2014   01:03 Diperbarui: 4 April 2017   17:17 1753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (kompas.com)"][/caption]

Anak saya berusia 8 tahun, belakangan sering sekali kencing (buang air kecil), bukan anyang-anyangan (kencing tidak tuntas) tapi sering sekali kencing dengan volume yang cukup banyak.Bila kondisi seperti ini terjadi di rumah tentu tidak terlalu menjadi masalah, tetapi bila sedang di sekolah atau di perjalanan maka akan sangatmenganggu.

Kondisi ini pertama kali kami konsultasikan ke dokter umum yang buka praktek dekat rumah, dan ketika saya jelaskan bahwa volume air kencing yang dikeluarkan banyak dan malam hari hanya satu atau dua kali bangun untuk kencing, dokter mengatakan tidak masalah, penyebab sering kencing mungkin hanya karena anak saya banyak minum.

Meskipun diberikan alasan karena banyak minum, tetapi saya merasafrekuensi kencing yang sering ini menjadi tidak wajar karena anak saya bisa dua kali ke toilet dalam waktu satu jam (bila sedang di mall atau dijalan), juga bila sedang berenang, Ia bisa naik berkali-kali keluar dari kolam hanya untuk kencing.Karena merasa khawatir dengan ketidakwajaran frekuensi kencingnya, saya pun berkonsultasi dengan DSA (dokter spesialis anak), dan DSA tersebut menerangkan bahwa kondisi seperti ini bisa terjadi karena anak mengalami stress.

DSA pun bertanya mengenai sekolah anak saya,kondisi di rumah, bagaimana dengan kakaknya dan meminta saya untuk mencari tahu apakah ada yang mengganggunya , karena kondisi seperti ini bisa terjadi pada anak yang secara tidak sadar mengalami tekanan dari kondisi yang dihadapinya.

Untuk meyakinkan bahwa kondisi yang terjadi pada anak saya hanya karena faktor psikologis bukan karena adanya gangguan pada organ fisiknya, saya pun mencari pendapat kedua dengan mendatangi Dokter spesialis Urologi.Setelah diperiksa, dokter urologi curigaadanya infeksi saluran kemih (anak saya belum disunat, sehingga kemungkinan terjadinya infeksi pada saluran kemih memang cukup tinggi), dan untuk sekaligus menyingkirkan segala kemungkinan yang terjadi mengenai gangguan kencingnya dokter meminta untuk diperiksa urine lengkap, urine kultur dan usg abdomen untuk ginjal dan buli-buli. Meskipun biayanya mahal, saya merasa puas karena saya bisa mengetahui bahwa kondisi fisik anak saya baik-baik saja karena semua hasil pemeriksaan normal.

Karena semua hasil pemeriksaan normal, dokter urologi pun menjelaskan bahwa kondisi yang terjadi pada anak saya bisa memang bisa sesuai dengan dugaan DSA dan bisa juga faktor dari obat-obatan yang diminum (anak saya ada asma), yang terpenting selalu mengajarkan anak saya untuk berpikir positif.

Anak saya yangkecil ini memang berbeda dengan kakaknya, tidak semua hal yang terjadi di sekolah mau diceritakan, sehingga seringkali saya mengetahui apa yang terjadi sekolah dari teman-temannya (lihat tulisan saya yang berjudul Berinteraksi dengan teman si kecil). Dari informasi temannya, ternyata anak saya mengalami masalah saat melihat ke papan tulis setelah dipindahkan tempat duduknya ke belakang. Setelah bertanya pada gurunya, maka saya membawa anak saya ke dokter spesialis mata dan ternyata mata anak saya sudah minus 2,5 . Kondisi ini tidak saya ketahui karena dirumah anak ini tidak pernah mengeluhkan penglihatannya dan prestasi belajar pun tetap bagus, tidak mengalami masalah.

Mengetahui adanya masalah pada penglihatan, saya kemudian menghubungkan apakah hal ini yang menyebabkan stress pada anak saya ? untuk mengetahuinya, saya memperhatikan perkembangannya setelah anak saya memakai kacamata dan ternyata dengan kacamata ini membuatnya merasa lebih nyaman di sekolah walau kebiasaan sering kencing belum hilang sama sekali, tetapi berkurang. Anak saya bercerita sekarang selama di sekolah kencing hanya 3 kali (jam sekolah dari jam 7 – 13.20).

Saya memang mengajarkan kepada kedua anak saya untuk memperhatikan warna air kencingnya, bila warna air kencingnya kuning hal itu petanda bahwa kita kurang minum dan selalu mengingatkan untuk tidak menahan kencing apalagi bila sedang asik bermain game. Tetapi dengan adanya kondisi ketidakwajaran pada frekuensi kencing anak saya yang kecil ini, maka nasihat saya pada si kecil menjadi lebih detail, saya menjelaskan warna kuning yang seperti apa yang saya maksud, minum banyak bukan berarti sekali minum sampai kembung.

Kondisi setiap anak memang berbeda, setiap kelainan yang terjadi belum tentu karena suatu penyakit secara fisik walau kita harus mencari tahu terlebih dahulu untuk memastikan kondisinya. Informasi yang kita peroleh dari internet, belum tentu sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi dengan anak kita, walau mungkin di sebuah artikel menyebutkan beberapa kesamaaan gejala, sebaiknya tetap berkonsultasi dengan ahlinya dan memeriksakan fisiknya secara langsung.

Sekedar berbagi pengalaman untuk para orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun