Mohon tunggu...
Ariya Kusuma Seta
Ariya Kusuma Seta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hobi saya bermain futsal, bermain game, fotografi dan suka travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realitas Kejahatan: Media Sosial yang Disalahgunakan

8 Januari 2024   23:35 Diperbarui: 8 Januari 2024   23:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era digital membawa kemudahan akses informasi dan konektivitas global, namun bersamanya juga muncul tantangan serius termasuk meningkatnya kejahatan seksual di platform sosial media. Artikel ini juga bertujuan untuk menyadarkan pembaca tentang ancaman tersebut, memahami factor-faktor yang mempengaruhinya, dan mengeksplorasi langkah-langkah perlindungaan yang dapat diambil oleh individu, platform sosial media, dan masyarakat secara keseluruhan. Kejahatan seksual merupakan bentuk kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta dapat dikategorikan sebagai jenis kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) (Atikah, 2018, 58). Dengan pendidikan, pengawasan yang bijak, dan langkah-langkah keamanan ditingkatkan, kita dapat menciptakan lingkungan daring yang lebih aman dan melindungi individu, terutama anak-anak dan remaja dari resiko kejahatan seksual. Contoh kasus kejahatan seksual:

Kasus pelecehan seksual yang dialami oleh penyanyi dangdut Via Vallen sempat menjadi pemberitaan yang viral. Penyanyi yang terkenal lagu "sayang" itu sempat memposting history chat dengan pemain bola dari "persija" yang isinya melecehkan harkat dan martabatnya perempuan. Peristiwa yang dialami Via Vallen bukan pertama kalinya. Setelah kasus Via Vallen menyebar, ternyata banyak artis yang mengungkapkan pengalaman serupa. Mereka mengaku mendapatkan pelecehan seksual, mulai dari fans, rekan kerja bahkan orang yang tidak dikenal. Modus oper dari tindakan pelecehan yang dilakukann beragam, mulai dari mengomentari penampilan yang seksi dan mengajak untuk berhubungan badan, bahkan hingga langsung melakukan tindakan pelecehan seksual.

Maraknya perilaku kekerasan, penyimpangan, dan kejahatan seksual dikehidupan masyarakat perlunya orang tua, pendidikan dan masyarakat sekitar melalui pendidikan seksual dengan cara pemahaman dan pencegahan yang baik dan benar kepada anak-anak sebagai bekal kehidupan selanjutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman, solusi dan pelatihan mengenai pentingnya pendidikan seksual bagi anak generasi penerus bangsa guna memahami pendidikan seksual yang sehat dan upaya mencegah penyimpangan dan kekerasan seksual. Pendidikan seksual juga baik bagi anak, baik usia mereka masih dini maupun remaja sangat penting dan diperlukan. Karena dengan adanya pemberian pemahaman seksualitas mereka akan lebih memahami dan berhati-hati, sebagai upaya mencegah dan menghindari pelecehan, kekerasan dan perilaku menyimpang seksual.

Menurut Sabhan (2004) Pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk dari kekerassan terhadap perempuan. Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, yakni meliputi main mata, siullan nakal, komentar berkonotasi seks gender, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu, Gerakan tertentu yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman, dan ajakan melakukan hubungan seksual hingga diperkosa. Jika terjadi pelecehan seksual di media sosial kalian harus menyimpan bukti agar menjadi bukti yang kuat untuk melaporkan, atur privasi akun agar  dapat mengurangi pelecehan dari orang asing, ceritakan ke teman bahwa kamu sedang terjadi pelecehan tetapi jika kamu malu kamu bisa ceritakan itu ke psikologis. 

Dari artikel ini harapan saya semua orang tua harus mengawasi anak-anaknya apalagi yang mempunyai anak perempuan, mereka harus sudah diajarkan pendidikan seksual agar mereka tahu bahwa ada yang namanya pelecehan seksual tetapi bukan hanya di dunia nyata tetapi di dunia maya juga ada dan itu lebih membuat mental anak down dan bisa mengalami depresi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun