Kami makan nasi hasil keringat para petani. Tapi kami sangsi beras yang kami makan adalah hasil keringat para petani negeri, karena pemerintah kami lebih suka padi luar negeri, yang konon katanya komisinya lebih gurih dibandingkan dengan beras negeri sendiri.
Kami hanya makan nasi, tidak makan aspal korupsi proyek jalan, tidak minum minyak korupsi migas, kami tidak juga piknik keluar negeri.
Kami masih punya harga diri, tuntutan kebenaran dan keadilan kami murni, bukan karena kami juga korupsi.
Kami juga tahu diri, tidak malu dengan rumah kami yang tidak seperti istana para wakil kami.
Kami juga baik hati, memaafkan kelakuan para pelayan kami yang merasa menjadi penguasa kami.
Kami juga masih bisa jalan sendiri, karena selama ini pun pelayan kami, wakil-wakil kami lebih suka bersolek diri daripada memperhatikan kami, melayani kami.
Kami juga berbesar hati, menyaksikan wakil kami, pelayan kami sedang merengek-rengek meminta kami membuka hati menerima kembali kehadiran mereka di negeri rumah kami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI