"Hai Di! Kok masih bengong sih! Masih ingat aku nggak!"
"Ohw...!"
"Kok owh! Ngomong dong Di!"
Tangan kiriku tiba-tiba saja mengusap wajahku sendiri, sambil sedikit menunduk. Kenapa sih tanganku usil, nggak ada apa-apa kok di wajahku!
Langkahku sampai stasiun tugu. Sesaat ragu. Mau ke mana? Ke Malioboro, mau apa? Ke titik nol juga mau apa? Ah sudahlah! Aku melangkah ke parkiran motorku. Kuputuskan untuk pulang. Wis embuhlah!
"Adiii! Ih kamu gitu deh!"
"E.." Ku garuk kepalaku yang tidak gatal.
"Kok e...?"
"Adi!" Dia memegang tangan kananku dan sedikit menariknya.
Ku gas motorku sekencang-kencangnya ke arah jalan pulang. Aku pulang! Dengan beban! Ku teriak meronta-ronta! Dalam batinku sih.
"Adi, kamu masih ingat? Dulu saat kita janjian di tempat ini. Kamu pasti menungguku lama sekali. Dan aku tidak pernah datang. Dan aku benar-benar menyesal saat itu, meski kaki, tangan, dan sedikit mukaku tergores luka. Semua perih itu tak lebih perih daripada ketidakhadiranku pada saat itu. Terimakasih Di, karena kamu selalu menjagaku di rumah sakit saat itu. Terimakasih ya Di!"
"Iya!" Singkat padat jawabku.
"Tapi setelah itu aku pergi kuliah ke luar negeri ya Di! Dan kamu antar kepergianku. Sedih Di!"
"Iya!"
"Kini aku pulang Di. Dan kita janjian ketemu di tempat ini lagi. Kupikir kamu lupa sama aku Di!"
"Bagaimana aku bisa melupakanmu Dewi? Seseorang yang spesial buatku. Seseorang yang bukan teman biasa, seorang yang meluluhkan perasaanku. Setiap kali aku memandang wajahmu. Eh...!" Tapi semua itu hanya dibatinku saja.
"Kok cuma eh...!"
Ke genggam jemari tangannya, lalu kutarik pelan ke arah Tugu Jogja. Tepat di sampingnya. Di tengah keramaian suasana. Di tengah gerimis tipis. Tapi suasana seolah milik kita berdua.
Kutumpahkan semua perasaanku selama ini padanya, tanpa sisa. Semuanya. Meski dalam hati saja. Sambil kami menatap megah Tugu Jogja.
Â
"I love you Wi! Forever!" Hanya itu yang bisa benar-benar terucap dari mulutku. Dan aku yakin dia mendengarnya. Karena tangannya semakin erat menggenggam tanganku.
Beberapa saat kamipun melangkah pulang.
Sampai rumah dengan penuh emosi aku melangkah ke kamar dan kubantingkan tubuhku ke ranjangku.