Mohon tunggu...
Ari Widodo
Ari Widodo Mohon Tunggu... profesional -

Nama (huruf besar) : ARI WIDODO, SE\r\n2. Laki-Laki/Wanita : Laki-laki\r\n3. Tempat Lahir/Tanggal : Lubuklinggau, 26 Februari \r\n5. Alamat tempat tinggal : Perumahan BSP Blok B2 No 48 RT 9 \r\n Dusun Purwobakti, Kecamatan Bathin III, \r\n Kabupaten Bungo, Jambi\r\n12. Menjadi Anggota PWI sejak : 2008\r\n13. Nomor Anggota PWI : 05.00.15867.12\r\n14. Tergabung pada PWI Cabang : Muarabungo, Jambi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelusuri Keberadaan Warga Tionghoa di Muarabungo (1)

14 September 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menelusuri Keberadaan Warga Tionghoa di Muarabungo (1)

Chung Hoa Se Sheaw dan Toko Panjang Saksi Sejarah

Warga Tionghoa Bungo selain memiliki jiwa pedagang. Selain itu juga cukup dikenal masyarakat Bungo dengan peninggalan mereka, salah satunya sekolah Tionghoa Chung Hoa Se Sheaw, dan lainnya Toko Kopi Panjang yang cukup laris mulai zaman Belanda hingga kini.

Ari Widodo, Muarabungo

Berdiri kokoh dan bercat warna hijau tua, dengan berbagai simbol burung garuda serta keris membuat kesan bangunan tua itu tampak “angker”. Rupanya bangunan yang kini sebagai markas Kodim 0416 Bute berdiri di jalan perwira ini dulunya eks sekolah Tionghoa. Namanya bagi warga Tionghoa Bungo pun tidak asing Chung Hoa Se Sheaw diperkirakan sudah ada sejak 1930-an.

Apalagi dengan beberapa ciri khas bangunan bergaya pecinan berdiri kokoh sebagai saksi bisu keberadaan etnis Tionghoa Bungo berkembang, serta menempuh pendidikan di tempat ini. Belum lagi ciri lain patok yang bertuliskan huruf mandarin masih ada di depannya.

Hal ini diakui oleh Loi Hui Shien, pria yang sudah berumur 69 tahun ini. Loi Hui Shien mengaku pernah orang tuanya bersekolah di tempat markas Kodim ini selama enam tahun. Terang Apek yang biasa disapa Hui Shien, sekitar 1956 silam dia tamat sekolah setingkat SR ini. Bahkan saat itu murid yang bersekolah dengan jumlah tidak lebih dari 80 orang.

“Kalau tidak salah nama sekolah itu Chung Hoa Se Sheaw. Saya sudah merasakan manis pahitnya sekolah di sana, seingat saya dulu itu milik perkumpulan Tionghoa Bungo dan dijadikan pusat pendidikan. Hanya saja itu diambil alih oleh pemerintah dijadikan pusat militer,” ungkapnya berkisah.

Hui Shien tidak begitu ingat dengan nama kepala sekolah maupun gurunya karena sudah lama sekali. “Saya pun masuk ke Bungo cukup lama,” katanya. Banyak kenangan dari sekolah ini mulai sering bermain sepakbola bersama teman-temannya. Selain itu dia nasih ingat kalau di samping sekolah itu berdiri sekolah pendidikan guru (SPG) serta di samping kanan merupakan lapangan sepak bola. “Kami kalau tidak ada kegiatan main sepak bola, tetapi biasanya bantu orangtua untuk mengurusi kedai warung kopi. Kenangan itu cukup banyak, tetapi kini hanya tinggal kenangan,” katanya.

Selain itu tempat yang menjadi sejarah warga Tionghoa atau tempat berkumpulnya pribumi dan Tionghoa Warung Kopi Panjang yang begitu terkenal hingga ke pedusunan. Warung kopi yang berdiri kokoh di tepi jalan Dahlia itu tak pernah sepi pengunjung, biasanya para pedagang maupun warga dari pedusunan ketika belanja ke kota Muarabungo mampir ke warung kopi ini, walaupun hanya sekadar minum kopi khas keluarga Hui Shien.

Pagi itu di Toko Panjang, belasan warga memadati warung yang berukuran lima meter persegi itu. Dengan ciri khas Tionghoa meja bulat dan dikelilingi kursi plastik merah, sementara di meja tersaji makanan ringan cha kui roti berbentuk panjang ditemani telur puyuh yang terletak di dalam piring.

Warga Tionghoa berbaur dengan warga Bungo dan Minang berbincang-bincang, tak nampak perbedaan diantara mereka. Menurut Hui Shien, warung kopi yang dikelola oleh keluarganya ini berasal dari orang tuanya dan nenek buyut. Sudah ada sejak zaman Belanda dan menjadi tempat persinggahan baik warga dari Rantau Keloyang, TanahTumbuh, Lubuklandai yang berbelanja di Muarabungo.

“Biasanya orangtua saya Loi Si Phau melayani puluhan pelanggan yang biasa ke warung kopi ini, bukan hanya warga Bungo tetapi menjadi tempat perkumpulan warga Tionghoa pagi-pagi mengisi waktu kosong. Kata orang kopi panjang ini cukup terkenal dengan aroma dan campuran khas harum,” akunya.

Jelas Hui Shien warung Kopi Panjang bangunannya sejak dulu 1940-an sudah seperti itu. Kemudian dia sendiri tidak ikut mengelola warung kopi karena merantau. Baru pada 1970-an Hui Sien membuka toko obat Panjang. “Kenapa warung kopi itu bisa namanya panjang, seingat saya karena orangtua saya itu tinggi dan kebetulan toko ini panjang jadi nama itu lengket pada nama warung. Biar lebih merakyat, apalagi kini masih dikunjungi dan cukup ramai setiap pagi,” jelasnya.

Sementara itu Harianto alias Athong sedikit banyak mengetahui sejarah sekolah Chung Hoa Se Sheaw berawal milik perkumpulan dari warga Tionghoa peduli dengan pendidikan anak mereka. Kemudian didirikanlah sekolah itu atas dasar dana perkumpulan dan beroperasi sejak zaman Belanda. Sayangnya lokasi itu kemudian diambil alih oleh Kodim Bute untuk markas mereka. “Istilahnya pinjam pakai sekitar tahun 1960-an. Sekolah itu merupakan sekolah suku Tionghoa, dan rombongan koko Lie Chien bersekolah di tempat itu. Kalau tidak salah dibagian depan dan belakang masih ada patok bertuliskan huruf china,” jelasnya bersemangat.

Sayangnya kata Athong hingga kini belum ada kejelasan apakah akan dikembalikan kepada perkumpulan Tionghoa Bungo atau tidak. Padahal itu merupakan satu-satunya sejarah dan aset perkumpulan. “Kita sendiri tidak tahu kapan mau diserahkan kembali bangunan dan tanahnya ke warga Tionghoa. Setidaknya itu masih dipikirkan bersama-sama,” tandasnya. (ado)

[caption id="attachment_212385" align="alignnone" width="1600" caption=" SAKSI SEJARAH: Toko Panjang milik warga Tionghoa Bungo yang hingga kini masih bertahan sejak zaman Belanda hingga kini. Tetap ramai dengan pengunjung dari berbagai macam suku di Bungo. "][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun