KONSTUTA or INKONSTUTA ??
KLB di Solo bulan Juli 2011 adalah sah dan legitimated karena diselenggarakan oleh Komite Normalisasi, dan diawasi langsung oleh AFC/FIFA. Djohar Arifin terpilih sebagai Ketum adalah sah. Semua prosedur dan tahapan sampai dengan terpilihnya Djohar Arifin adalah sah.
Jika ternyata ada sebagian (besar?) pendukung Djohar Arifin tak sampai 6 bulan sudah berbalik arah menghujat kinerja Djohar Arifin dan ingin melakukan pemakzulan, ya lakukanlah dalam koridor yang sah dan konstuta (sesuai statuta)
Saya heran jika ada segerombolan klub yang selalu berlindung dibawah statuta dan menuduh pihak PSSI melanggar statuta, tetapi ingin melakukan makar dan memakzulkan Ketum PSSI secara inkonstuta (tak sesuai statuta).
Bukannya mereka tahu bahwa untuk mengganti Ketum PSSI bisa dilakukan melalui KLB? Bukannya mereka tahu bahwa syarat digelarnya KLB adalah diajukan setidaknya 2/3 anggota PSSI? Bukankah mereka sudah menyerahkan berkas permintaan KLB itu ke PSSI? Jika ternyata Exco PSSI menolak menggelar KLB karena merasa jumlah 2/3 itu tidak valid, ya jangan lantas ngambeg alias mutung dan kemudian ngotot mengadakan KLB sendiri.
Kenapa gerombolan KPSI itu tak menempuh lengkah elegan dgn membawa perkara 'penolakan KLB oleh Exco' ini ke CAS? Jika memang dukungan 2/3 itu valid, logika normalku mengatakan seharusnya langkah ini yg dipilih. Ini sangat konstuta dan tidak bisa disebut makar. Kenapa malah memilih jalur KLB KPSI yang inkonstuta???
KPSI punya kartu truf kok, yaitu adanya verifikasi ala PSSI yang memakai PAKTA INTEGRITAS beberapa klub sebelum KLB Solo yang menyatakan mendukung Djohar - Farid sebagai dasar untuk tidak menghitung suara klub itu sebagai pendukung KLB.
Kenapa?
Kenapa??
Kenapa???
Kenapa????
Kenapa?????
Kenapa??????
Kenapa???????
Kenapa????????
Kenapa?????????
Kenapa??????????
Kenapa???????????
Kenapa????????????
Kenapa?????????????
Jawabnya (mungkin) adalah;
Karena dukungan 2/3 suara itu sesungguhnya memang tidak valid. Jadi makar bersama gerombolan tidak valid adalah cara paling mudah.
KPSI memang PECUNDANG !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H