Mohon tunggu...
Ariva Sultana
Ariva Sultana Mohon Tunggu... -

you`ll make it

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu dan Alzheimer

10 Desember 2014   02:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:39 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kini dia telah menjadi orang yang berbeda tapi aku tetap menyayanginya karena aku tahu dia berbeda bukan karena keinginannya. Semuanya bermula ketika aku menunggunya di Stasiun setelah dia harus pergi menjalankan tugasnya untuk melakukan penelitian di luar kota selama 3 bulan lamanya. Aku menyambutnya dan memeluknya seakan dia pergi selama bertahun-tahun. Tak akan pernah ku lupa wajah dan suaranya yang selalu kurindukan. Kamipun kembali bersama dan menikmati kota ini.

Kamipun melalui hari-hari dengan gembira, dia mengajakku untu melakukan aktivitasnya bersama. Kami seperti sepasang sandal yang tak mungkin dipisahkan. Sikap dan caranya dia berkomunikasi denganku membuat aku makin mencintainya. Minggu demi minggu aku sudah lewati bersamanya, hingga di suatu waktu aku marah padanya. Dia mengatakan kita akan bertemu siang nanti tapi dia tidak datang dan membuat aku menunggu lebih dari dua jam. Telpon & sms dia tidak jawab, semakin membuat aku kesal padanya lalu akupun kembali ke rumah yang aku sewa. Malamnya dia sms kepadaku dan menanyakan kenapa aku menjadi marah, ketika dia menjawab itu sungguh membuat aku semakin marah, ku telpon dia dengan nada keras. Dia pun meminta maaf kepadaku, dia beralasan katanya dia lupa dan meninggalkan hpnya di kos ketika ia sedang kuliah. Aku belum serratus persen memaafkannya, tetapi dia memohon maaf dengan sungguh-sungguh karena itu kesalahannya dan itu membuat aku luluh untuk memaafkannya.

Selang kejadian itu, hubungan kami mulai baik kembali. Dua hari lagi adalah ulang tahunnya, Aku mempersiapkan kado berupa jam tangan karena dia akan terlihat lebih keren jika mengenakan itu. Di hari ulang tahunnya aku beri kejutan dengan mengajaknya makan malam dan kuberi kadonya dia pun terlihat senang tapi ada keheranan juga di wajahnya. Kutanya mengapa dia menjawab bahwa dia sebenarnya lupa akan ulang tahunnya. Mendengar hal itu aku sungguh heran karena baru pertama kali ini ada orang yang lupa akan tanggal lahirnya. Apakah dia mengalami masalah atau hal yang berat sehingga dia seperti itu tapi aku mencoba mengalihkannya karena ini adalah hari spesialnya.

Kini dia menunjukkan keanehan yang aku tidak mengerti, dia sering menanyakan jam berapa ketika kami jalan bersama tetapi menanyakannya berulang-kali. Dia juga sering menceritakan kepadaku hal yang sama berulang kali padahal kami baru membicarakan itu semalam. Gaya berpakaiannya juga kadang aku tidak mengerti, terkadang dia mengenakan pakaian yang tidak serasi warnanya. Aku Tanya padanya apakah dia bercanda atau hanya iseng saja untuk menarik perhatianku. Terkadang aku marah dibuatnya karena dia sering lupa dan terlambat akan janji-janji yang pernah di buatnya lalu dia kembali meminta maaf. Pernah satu waktu, dia pernah merasa ketakutan bahwa dia dikejar seseorang padahal tidak ada satupun orang di sekeliling kami. Kekasihku menjadi gila tapi hanya bersifat sementara kadang dia sangat baik, kadang dia orang yang aneh.

Ku bawa dia ke rumah sakit untuk menanyakan hal ini, awalnya dia menolak dan dia merasa baik-baik saja. Dokter mengatakan bahwa dia mengalami gejala Alzheimer, aku sebenarnya tidak mengerti apa penyakit itu bahkan aku baru mendengar istilah itu. Dia pun juga tidak menyangka bahwa dia terkena Alzheimer. Dokter menjelakan bahwa gejala atau perilaku yang di tunjukkan kekasihku memang mengarah pada Alzheimer. Dokter juga mengatakan bahwa penyakit ini sulit untuk disembuhkan. Mendengar hal itu kami menjadi lemas tidak percaya. Dia pun bertanya bagaimana dia bisa terkena penyakit ini. Dokter menjelaskan bahwa kemungkinan besar adalah faktor gen dari keluarga. Segera dia menghubungi keluarganya dan menyampaikan apa yang terajdi padanya dan menanyakan apakah ada anggota keluarganya yang pernah terkena penyakit ini. Keluarganya bersedih mendengar hal itu dan kakeknya dan pamannya yang sudah tiada terkena penyakit ini.

Aku terus menyemangatinya untuk terus bertahan dan melalui hari-hari dengan senyuman. Alzheimer mungkin sulit untuk disembuhkan tetapi bisa diperlambat. Hal inilah yang membuat dia masih bisa tegar untuk menjalaninya. Aku rela mendampinginya dengan keadaan apapun. Akhirnya kami menikah dan menjalani hari-hari hingga dia pergi di panggil yang maha kuasa karena penyakit ini terus menyerangnya. Alzheimer mungkin telah merenggut nyawa kekasihku secara perlahan tetapi aku yakin tuhan punya rencana yang baik dari hal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun