remaja Indonesia mengenai penghematan energi listrik masih rendah. Serangkaian penelitian awal menunjukkan bahwa remaja dianggap sebagai kelompok yang kurang memperhatikan upaya penghematan energi listrik. Selain merasa tidak bertanggung jawab dalam membayar tagihan listrik, para responden remaja yang diwawancarai juga mengaku tidak tahu alasan mengapa harus menghemat listrik. Para remaja beranggapan bahwa perilaku hemat energi akan mengurangi rasa nyaman dan kebahagiaan mereka, Sebagian berpendapat bahwa permasalahan krisis energi global hanyalah sekedar isu yang dibesar besarkan demi kepentingan politik. Bahkan beberapa dari mereka berpikir bahwa krisis energi yang dihadapi dunia lebih disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola energi.
Secara umum, kesadaranEnergi listrik merupakan aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, semakin banyak remaja Indonesia yang mempunyai kebiasaan membuang-buang energi tersebut. Artikel ini akan mengajak para pembaca untuk mengetahui akar masalah dan semoga memberi pandangan yang diperlukan untuk memahami dan menjadi lebih bijak mengkonsumsi energi listrik.
Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Â Mereka tumbuh di era teknologi yang juga mengubah cara mereka berinteraksi dengan dunia. Dengan kemajuan teknologi, muncul tantangan baru dalam pengelolaan konsumsi energi listrik.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para remaja adalah ketergantungan mereka terhadap perangkat elektronik. Mulai dari smartphone hingga laptop, generasi ini cenderung memiliki lebih banyak perangkat dibandingkan generasi sebelumnya. Studi Pew Research Center menemukan bahwa 95% remaja Indonesia memiliki atau mempunyai akses terhadap ponsel pintar, dan 45% di antaranya mengatakan bahwa mereka sering online di luar jam sekolah. Aktivitas hiburan digital, seperti game online dan streaming konten, juga menimbulkan tantangan besar dalam mengelola konsumsi energi. Semakin canggih konsol game yang dimainkan maka pastinya memerlukan lebih banyak daya untuk beroperasi.
Para remaja pada umumnya belum membayar sendiri tagihan listriknya. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidak pedulian terhadap konsumsi energi, yang seringkali berujung pada perilaku boros energi listrik. Survei yang dilakukan Asian Environment Institute pada tahun 2023 menemukan bahwa sebagian besar remaja Indonesia menghabiskan lebih dari 6 jam sehari menggunakan perangkat elektronik seperti ponsel pintar dan komputer. Lebih dari 60 orang mengaku tidak mematikan perangkatnya saat tidak digunakan, dan lebih dari separuhnya belum terbiasa dengan konsep penghematan energi. Survei tersebut juga menemukan bahwa 75% remaja yang berpartisipasi memandang tagihan listrik sebagai "masalah orang dewasa".
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai pentingnya pengelolaan energi listrik juga menjadi faktor utamanya. Remaja Indonesia mungkin belum sepenuhnya memahami dampak lingkungan dari konsumsi energi yang berlebihan. Pendidikan lingkungan yang lebih kuat dan kampanye kesadaran energi di sekolah dan masyarakat dapat membantu memperbaiki situasi ini. Aspek budaya dan sosial juga mempengaruhi cara para remaja mengelola konsumsi energinya. Dalam budaya yang didorong oleh konsumsi dan teknologi, mengubah persepsi mengenai kebutuhan dan keinginan dapat menjadi tantangan besar.
Walau menghadapi berbagai tantangan, remaja memiliki potensi besar untuk memainkan peran utama dalam gerakan keberlanjutan. Dengan pendekatan yang tepat dan kampanye yang efektif, kesadaran lingkungan yang tinggi, dan penggunaan teknologi yang bijaksana, mereka dapat membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Solusinya memerlukan upaya bersama oleh orang tua, pendidik, dan pemerintah untuk mengubah pola konsumsi energi remaja Indonesia. Integrasi pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum sekolah, kampanye kesadaran lingkungan dan penggunaan teknologi hemat energi adalah langkah yang harus diambil. Orang tua dan guru dapat memberi contoh dengan menerapkan kebiasaan hemat energi di rumah dan di sekolah. Penggunaan peralatan berlabel Energy Star, mematikan peralatan listrik saat tidak digunakan, penggunaan cahaya alami untuk mengurangi penggunaan lampu, efisiensi penggunaan Air Conditioner adalah beberapa langkah kecil yang dapat membuat perbedaan besar dalam konsumsi energi listrik.
Generasi muda adalah pemimpin di masa depan dan membekali mereka dengan pengetahuan serta keterampilan untuk mengelola konsumsi energi merupakan investasi berharga bagi semua pihak, bukan hanya bagi negara kita Indonesia, namun juga bagi kelangsungan planet bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H