Dengan berakhirnya pemilihan umum dan terpilihnya presiden baru beserta kabinetnya, tampaknya revolusi demokratik di Indonesia telah mencapai akhir (meskipun belum sepenuhnya selesai). Meski masih ada tuntutan untuk membentuk pemerintahan transisi (oleh siapa?), kekuatan-kekuatan demokratis besar selama ini lebih fokus pada persiapan pemilu dan permainan politik dalam sistem, daripada aksi-aksi revolusioner.Â
Demonstrasi yang terjadi di jalanan, meski sering dianggap sebagai milik mahasiswa oleh media dan dilakukan dengan dedikasi tinggi, tidak lagi cukup untuk menantang konsensus para elit politik. Meskipun mereka masih berperan sebagai kelompok penekan di pemerintahan baru, mereka sulit untuk dianggap sebagai kekuatan revolusioner.
Bagi elit politik liberal, revolusi politik di Indonesia dianggap sukses. Suharto telah digulingkan, banyak tahanan politik dibebaskan, pers memperoleh kebebasan, dan pemilu dengan sistem multipartai telah dilaksanakan, memungkinkan partai oposisi untuk membangun kekuatan.Â
Namun, realitasnya, demokrasi di Indonesia masih menghadapi banyak masalah yang belum terselesaikan, termasuk berlanjutnya dwifungsi TNI, meski para demokrat moderat mengklaim bahwa masalah ini akan diatasi seiring berjalannya waktu melalui proses parlementer.
Apakah sistem demokratis yang telah ada memuaskan kalian? Apakah saatnya para aktivis kembali ke rumah dan menyerahkan urusan politik kepada para politikus? Bagi mereka yang tidak termasuk dalam elit politik-ekonomi dan militer, demokrasi baru ini tampaknya hanya sebuah lelucon buruk.Â
Kalian mungkin memiliki kebebasan memilih partai favorit, tetapi tidak ada kebebasan untuk berbicara secara terbuka. Kalian bisa mengungkapkan pendapat (selama tidak terkait dengan komunisme), tetapi media massa tetap dikendalikan oleh elit politik.Â
Demonstrasi dan protes mungkin masih diizinkan (selama sesuai hukum atau jika militer tidak turun tangan), tetapi tidak ada yang akan memperhatikannya. Meskipun kebebasan baru diberikan, buruh masih menjadi budak para bos, petani masih bergantung pada tuan tanah, dan banyak rakyat kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Selamat datang di 'indahnya dunia kebebasan' dari kapitalisme modern!
**Menghadapi Demokrasi yang Sesungguhnya**
Bagi banyak aktivis, jelas bahwa sistem parlementer liberal hanyalah omong kosong. Parlementarisme adalah sistem di mana sedikit orang mengatur banyak orang, bertentangan dengan bentuk demokrasi sejati.
Di banyak negara, terdapat contoh pergerakan rakyat yang menerapkan bentuk-bentuk demokrasi partisipatif. Contoh nyata dapat dilihat pada sistem demokrasi yang diterapkan oleh kaum Zapatista di Chiapas, Meksiko. Di komunitas Chiapas, rakyat membuat sistem demokrasi dasar di mana semua keputusan diambil oleh wakil rakyat dari desa-desa dan kota-kota.Â
Pergerakan ini telah menghapuskan kekuasaan negara di wilayah tersebut, mengambil alih lahan pertanian dari tuan tanah, dan membentuk federasi petani. Mereka juga membentuk FZLN (Front Kemerdekaan Nasional Zapatista) dan milisi gerilya Zapatista yang bergerak di bawah komando rakyat.