Teruntuk wartawan senior Asyari Usman. Semoga Anda senantiasa dilimpahkan kewarasan berpikir, kejernihan hati dan kelapangan rizki agar tidak lagi menjemput rizki dengan menjadi "Penulis orderan project politik palugada (pa lu mau gue ada)".
Duhai suksesor Jonru---sengaja saya memanggil sebutan demikian---karena melihat gaya tulisan anda yang berjudul "Untuk Saudaraku, Warga PDIP", persis nyinyir dan satirnya seperti Jonru Ginting yang sekarang sedang 'itikaf' di penjara. Ternyata yang order tulisan opini sesat Anda jeli juga melihat bakat menulis gaya koboi Anda. Yang tidak bisa membedakan asumsi, fakta yang objektif. Tulisan Anda 99,9 % terlalu subjektif. Sisanya objektif, ya dengan memanggil dengan sebutan saudara para Warga PDI Perjuangan. Â
Padahal, sebelumnya ketika tahu anda bekas wartawan BBC, saya baru mau menaruh hormat kepada Anda. Karena sudah terbayang nama BBC, sebagai sebuah institusi pers yang cukup kredibel dan punya nama di industri media global. Namun setelah membaca isi opini Anda, ah ternyata tak ubahnya seperti postingan seorang Jonru.
Bisa dibilang, ya 11-12 dengan gaya tulisan di portal milik wartawan bodrek. Yang modalnya hanya blogspot, kemudian nodong-nodong pejabat dengan gaya menulis 'pukul kayu', main ancam lalu dapat 'jale 1 liter'.
Ya, dengan sangat terpaksa saya harus menyamakan Anda dengan segerombolan wartawan bodrex---wartawan yang bisa menimbulkan sakit kepala---padahal seharusnya bodrex itu obat sakit kepala. Bukan tanpa alasan, semua itu tercermin dari opini anda yang ingin membenturkan PDI Perjuangan dengan umat Islam, tanggal 1 Februari 2018 di Laman teropongsenayan.com.
Anda mempermasalahkan serangkaian pidato panjang Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada HUT ke-44 PDI Perjuangan tahun lalu. Yang intinya arah framing opini Anda ingin melabelkan Bu Mega dan PDI Perjuangan sebagai musuh umat Islam.
Ketika itu, dalam tulisan yang sekarang viral di sosial media, situ menyoalkan Ibu Megawati ketika menunjuk dengan telunjuknya dan mengatakan, mereka yang hanya berpegang pada ideologi tertutup cenderung menggunakan teror dan propaganda sebagai jalan dan kunci untuk mencapai kekuasaan.
Dalam Pidatonya, Ibu Megawati juga menegaskan bahwa penganut ideologi tertutup umumnya anti kebhinekaaan sehingga mendorong munculnya berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa "self fulfilling prophecy", para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya.
Tak pelak mereka yang merasa diri dalam lingkaran yang dimaksudkan Megawati pun menjadi tak nyaman. Sejumlah pihak yang ingin memancing di air keruh pun memainkan peluang itu sebagai alat untuk penyesatan pikir hingga membentuk opini publik di lingkup masyarakat yang lebih luas. Termasuk kamu Mas Asyari. Iya kamu, jangan nolah-noleh.
Kenapa cara berpikir Anda begitu sempit ya, Om? Dengan sengaja sampeyan memperlebar definisi penganut ideologi tertutup untuk disimplikasikan ke Umat Islam secara luas. Padahal Bu Mega sejatinya telah secara jelas-jelas melokalisir dalam pidatonya penganut ideologi tertutup cenderung pada mereka yang berada dalam ruang sekte yang dikultuskan.
Anda kemudian berupaya membuat Bu Mega seolah-olah sedang menyerang Umat Islam secara luas sebagai kaum mayoritas di Tanah Air. Padahal dalam sejarahnya, PDI Perjuangan adalah bagian dari Kelompok Nasionalis yang bersama-sama Umat Islam dan umat beragama lainnya membesarkan Republik dan melanjutkan perjuangan para pendiri Bangsa.