TANGERANG - Alpiyah (41)Â atau sapaan Bi Piyok seorang janda tinggal di sebuah gubuk yang sudah lapuk dimakan usia dan bertahan hidup dengan kuli mencuci pakaian dari rumah ke rumah dengan upah Rp30 ribu sampai Rp50 ribu.
Meski kondisinya memprihatinkan, semangat kerja Alpiyah tak pernah surut, bekerja menjadi kuli cuci pakaian untuk menghidupi kelima anaknya. Mereka tidak punya rumah dan tinggal di rumah warga yang sudah lapuk dimakan usia.
Alpiyah diceraikan suaminya yang menikah lagi sekitar setahun silam, sebelumnya ia tinggal di Kabupaten Serang.Â
Lalu Alpiyah sendiri mengatakan bahwa ia bersama kelima anaknya tidak diberikan nafkah untuk kebutuhan sehari-harinya, sedangkan anak pertamanya yang masih bujang berusia 13 tahun saat ini putus sekolah hanya sampai kelas 6 Sekolah Dasar (SD) kemudian anak bungsunya berusia 2 tahun masih membutuhkan asupan ASI ibunya.
Saat Ditemui Awak Media di rumahnya di Kampung Kamuning RT 001 RW 003 Desa Benda Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang pada hari Minggu (19/8/2022).
Alpiyah mengatakan kepada Awak Media "Iya Saya punya anak lima pak, dan suami saya sudah cerai setahun lalu. Jadi terpaksa saya tinggal bersama anak-anak saya dan saya bekerja nyuci sama gosok pakaian itupun kalau ada yang nyuruh saya nyuci." ungkapnya.
Rumahnya yang mereka tempati saat ini sudah mulai rusak, dindingnya terbuat dari bilah bambu (bilik) mulai lapuk berlubang, lantainya dari tanah kondisinya sangat memprihatikan.
Rumah ini pun merupakan milik warga karena iba kepadanya, dan saat ini tidak layak lagi untuk ditempati. Alpiyah berharap semoga pemerintah bisa memperhatikan kondisi rumah mereka.Â
Atau ada kepedulian dan empati dari para pihak relawan untuk bisa membantu memperbaiki rumah mereka agar layak untuk mereka tinggal.
Selain itu, Alpiyah juga berharap bisa punya usaha jualan warung kecil-kecilan untuk menghidupi kelima anaknya.Â
Sampai saat ini Alpiyah belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat lantaran tidak memiliki dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) alasanya tidak punya biaya untuk mengurus atau membuatnya.