Mohon tunggu...
Ni Komang Aristya Julianingsih
Ni Komang Aristya Julianingsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kegiatan Masyarakat Hindu di Bali dalam Menyambut Hari Suci Galungan dan Kuningan

10 November 2021   11:57 Diperbarui: 10 November 2021   12:25 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tanggal 08 hingga 20 November 2021, masyarakat Hindu di Bali sedang merayakan Hari Suci yang disebut dengan Galungan dan Kuningan. Hari raya ini merupayakan Hari Raya berskala besar. Hari Suci Galungan dan Kuningan datang setiap 6 bulan sekali atau 210 hari dalam setahun. Galungan dan Kuningan merupakan hari dimana dharma (kebenaran) menang melawan adharma (kejahatan). Sudah pasti karena ini merupakan hari raya berskala besar, masyarakat sangat sibuk untuk mempersiapkan hari suci ini.
Galungan jatuh tepat pada Buda Wuku Dungulan atau Hari Rabu wuku Dungulan.  Hari raya ini biasanya di rayakan semeriah mungkin oleh Masyarakat Hindu Bali. Biasanya para ibu-ibu akan sibuk berbelanja untuk keperluan banten (sesajen) seperti janur, buah-buahan, bahan-bahan untuk membuat jajan jika ingin membuat jajan rumahan, dan tak jarang masyarakat Bali akan membeli pakaian adat baru seperti kebaya, kamen, udeng, dan lain-lain. Namun hal itu tidak diwajibkan, karena meski pakaian yang digunakan baru atau lama itu tidak akan menghilangkan makna dari Galungan itu sendiri. Hal yang paling lumrah atau identik  saat perayaan hari raya suci ini adalah adanya penjor-penjor yang berjejeran indah di pinggiran jalan. Penjor merupakan warisan dan budaya Bali. Penjor biasanya akan di pasang didepan rumah atau di tepi jalan. Simbol dari penjor itu sendiri adalah Naga Basuki yang memiliki arti kemakmuran, kesejahteraan, dan kekayaan. Biasanya masyarakat Bali akan membuat penjor dua hari atau sebelum hari Galungan, yaitu pada saat Penjayaan Galungan ( Soma wuku Dungulan) dan Penampahan Galungan (Anggara wuku Dungulan ). Penjor terbuat dari bambu atau orang Bali menyebutnya (tiying) yang akan diikat oleh kain kasa, dan untuk dekorasi lainnya yaitu berisi kain putih dan kuning, sampian, kelapa, jaja uli dan jaja gina, pala gantung, hiasan cili, plawa , tebu, gantung-gantungan, tamian dan yang terakhir di bawah penjor akan berisikan sanggah cucuk yang nantinya digunakan untuk tempat menaruh sesajen.

Hiasan-hiasan yang ada pada penjor merupakan simbol-simbol suci yang berdasarkan ajaran kitab suci Veda, yang erat kaitannya dengan nilai-nilai etika agama Hindu. Pada setelah hari ke 35 Galungan yaitu tepat hari Buda Kliwon Pahang, penjor akan dicabut dan hiasan-hiasannya akan di cabut. Penjor nantinya akan di bakar dengan banten yang disebut dengan Banten Tumpeng Puncak Manik.

Pada saat peyajahan juga para ibu-ibu akan mempersiapkan keperluan banten. Banten yang akan dibuat pada Hari Suci Galungan tekah ditentukan yaitu membuat tumpeng, banten kurenan, punjung, rayunan, gebogan, dan lain-lainnya. Ini merupakan wujud rasa bhakti masyarakat umat Hindu untuk menuju kesempurnaan yang sejati. Banten -- banten yang dibuat memiliki arti tesendiri, yang pertama Banten penyeneng yang memiliki arti sebagai simbol Lingga ( dalam pandangan Hindu Tuhan Yang Maha Esa disimbolkan dengan Lingga).

Kedua, yaitu sebagai penyatuan dari perilaku semua anggota keluarga untuk dapat memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah Banten Kurenan. Ketiga, yaitu Gebogan memiliki arti sebagai melimpahnya anugrah yang merupakan hasil persembahan yang mencukupi serta memperoleh banyak rejeki. Keempat, sebagai wujud rasa bhakti saudara mempersembahkan bhoga sebagai sumber amertha atau sumber kehidupan.

Kelima ada Punjung sebagai rasa kedekatan dan persaudaran Umat Hindu akan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa, maka daripada itu di setiap tempat suci seperti padmasari, tugu, kemulan, pelangkiran, pesucianm dan pelinggih lainnya disuguhi benten punjung. Selain dari membuat Banten, tak jarang juga para ibu-ibu akan membuat jajanan khas Bali sebagai sesajen. Jajanan yang dibuat biasanya Tapai ketan, jaja uli, jaja reta, bolu, jaja apem. Disini saya akan membagikan beberapa cara untuk membuat jajanan khas Bali ini :

1. Tapai Ketan
Untuk membuat tape ketan memang harus menggunakan Teknik serta pengelolaan yang detail. Agar mendapatkan hasil tape yang baik dan rasa yang manis.
Proses pembuatannya sebagai berikut :
1. pertama, ketan direndam dan pasta pandan di air yang secukupnnya selama kurang lebih 3 jam.
2. kemudian tiriskan lalu kukus di air mendidih selama 20 menit. Jika sudah angkat dan beri air matang dingin, aduk rata sampai air terserap.
3. kukus lagi sampai matang selama 20 menit.
4. jika sudah matang, pindahkan ke dalam wadah bersih dan biarkan hingga benar-benar dingin.
5. haluskan ragi, taburkan ragi pada ketan dan juga diberi gula kemudian di aduk dengan rata.
6. tape disimpan dalam wadah yang tertutup dan diberi daun pisang. Didiamkan selama 2 hari.
7. tape siap disajikan.
Itu di acara membuat tape ketan hijau.
Selanjutnya,
2.Jaja uli khas Balli
Jaje uli merupakan salah satu jaja pelengkap yang sangat popular. Biasanya jaje uli dimakan bersamaan dengan tape ketan hijau.
Cara membuatnya sebagai berikut :
1. pertama, ketan dicuci bersih terlebih dahulu kemudian ketan di aroni hingga setengah matang.
2. setelah itu, masak air dengan menggunakan garam dan juga daun pandan. Dan pastikan daun pandan sudah dicuci dengan bersih.
3.kemudian, campur ketan dengan air yang sudah di masak tadi Bersama garam dan juga daun pandan.
4. Setelah air mengering, ketan di kukus hingga matang sempurna.
5. kelapa di parut dan dikukus, kemudian di campurkan dengan ketan yang sudah masak.
6. adonan ketan tadi ditumbuk hingga halus.
7. terakhir adonan ketan dapat dibentuk sesuai selera namun biasanya adonan dibentuk bulat saja.
Bukan sekedar makanan pelengkap saja, jaje uli memiliki makna dan filosofinya tersendiri yang dimana menyimbolkan kebahagiaan sekaligus wujud rasa bhakti terhadap kedua orang tua. Tape ketan dan jaje uli menjadi makanan kuliner penutup setelah makan besar di hari raya Galungan.
 
Sehari sebelum Galungan yaitu Hari Penampahan. Hari Penampahan bertepatan dengan hari Anggara Wuku Dungulan atau Hari Selasa Wuku Dungulan. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Bali adalah menyembelih beberapa hewan. Hewan yang disebelih biasanya ayam atau yang paling sering adalah Babi. Menurut Wakil Ketua PHDI Bali Pinandita Ketuk Pasek Swastika menyebutkan bahwa memotong babi saat Penampahan memiliki makna yaitu untuk mengalahkan sad ripu atau enam sifat manusia. Daging babi yang telah disembelih nantinya akan dimasak berupa sate lilit, kuahan, tum, pesan, dan tak lupa yaitu lawar.

Di merebaknya makanan modern di era sekarang, makanan khas Bali tentu tidak boleh hilang, terutama lawar. Dalam pembuatan lawar bahan- bahan yang digunakan adalah buah nangka muda, sayur kacang panjang, daging babi, kelapa, dan untuk bumbunya disebut dengan bumbu base genep. Base genep terdiri dari jahe, lengkuas, kunyit, kenjur, bawang merah, bawang putih dan juga cabai. Bahan-bahan tadi kemudian dicampur dengan bumbu yang telah disiapkan. Jika ingin membuat lawar merah tanpa dimasak, lawar tadi diberikan darah ayam atau babi.

Hidangan yang disiapkan ini tidak hanya untuk disantap dengan kesenangan semata saja, tetapi juga nantinya akan di persembahkan kepada Bhatara (Ida Sang Hyang Widhi Wasa ). Tak lupa tradisi yang dilakukan sebelum hingga Galungan tiba yaitu bernama Ngejot. Tradisi Ngejot adalah membagikan hasil berupa buah-buahan atau daging olahan kepada masyarakat. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempererat rasa persaudaraan antar umat Hindu.

Pada saat hari Galungan tiba, masyarakat Hindu akan melakukan persembahyangan di berbagai macam Pura. Persembahyangan diawali di Merajan rumah masing-masing. Kemudian dilanjutkan di Pura Khayangan Tiga didesa masing-masing. Biasanya para masyarakat Bersama keluarganya nangkil ke Pura besar seperti Pura Besakih dan lain sebagainya. Tidak hanya kegiatan keagamaan saja, Hari Suci Galungan ini merupakan momen dimana menyatukan kembali keluarga besar. Orang-orang yang merantau nantinya akan pulang ke kampung halaman.

Setelah hari Galungan yaitu Umanis Galungan. Umanis Galungan bertepatan pada Kamis Wuku Dungulan. Umanis Galungan adalah kegiatan bertemunya keluarga dan para teman. Hal yang diilakukan biasanya adalah melukat dan juga mengunjungi tempat wisata. Tempat wisata yang sering dikunjungi antara lain Kebun Raya Bedugul, Alas Kedaton, Tanah Lot, Pantai Sanur, Pantai Kuta dan hanya duduk duduk di lapangan Puputan Badung. Lembaga seperti kantor-kantor pemerintahan dan swasta tetap tutup, kecuali Lembaga- lembaga besar yang menyediakan layanan publik darurat seperti rumah sakit dan tetap beroperasi secara normal.

Itu lah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat umat Hindu dalam menyambut Hari Suci besar ini. Mari sama-sama melestarikan budaya lokal dan bangga akan budaya sendiri. Menurut anda bagaimana aktivitas yang dilakukan masyarakat Bali dalam menyambut hari suci ini? Seru sekali bukan.
Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan Hindu Sedharma . Dumogi Rahayu Sareng Sami

Nama : Ni Komang Aristya Julianingsih

NIM : 2111031160

Jurusan : Pendidikan Dasar

Program Studi : S1 Pendidikan Guru sekolah Dasar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun