Mohon tunggu...
Aristya Gurusinga
Aristya Gurusinga Mohon Tunggu... -

Hi ! I'm a traveller and a story teller.. Nice to meet you ^^ ♥

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memento: Seni Dalam Sebuah Film

18 Mei 2015   20:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Memento, sebuah film tahun 2000 ini sanggup membuat saya tertidur sebanyak dua kali dalam satu kali menonton. Saya akui di awalanya film ini sanggat membosankan. Tepatnya, saya tertidur pada menit yang ke-37 dan pada menit ke-51. Tetapi saya memaksakan diri saya untuk menonton film ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia saya sesegera mungkin. Film yang berdurasi 1 jam 50 menit dan 48 detik ini memiliki alur yang tidak dapat saya istilahkan dengan tepat, karena terlihat di film apabila alur adalah flashback (alur mundur) pada bagian adegan yang berwarna, akan tetapi di saat film ini akan menceritakan kelanjutan dari cerita, sutradara menyisipkan kisah dari sang aktor utama, Leonard Shelby, yang sedang berkisah mengenai seseorang bernama Sammy Jankis kepada seseorang di telepon dengan alur maju.

Sangat membingungkan pada awalnya, bahkan saya mengira bahwa film ini menceritakan mengenai psikopat kelas kakap karena dia diperlihatkan berada di suatu kamar sendirian serta ia memiliki beberapa catatan di tubuhnya serta catatan di beberapa tempat. Hingga ketika sebelum saya terlelap tidur, saya berubah pikiran mengenai sang tokoh sentral. Kali ini saya mengira dia adalah seorang pembunuh bayaran yang memilki ingatan jangka pendek dan dia ingin membalaskan dendam apa yang telah terjadi terhadap istrinya. Sedangkan sang tokoh utama, Teddy atau John Edward G. yang diperankan oleh Joe Pantoliano, adalah orang yang membunuh sang istri, tetapi karena ia tidak mau terlihat bersalah, Teddy memilih untuk memutarbalikkan fakta tersebut karena Teddy ingin memanfaatkan keadaan si Lenny (nama pendek Leonard) yang memiliki penyakit short term memory loss syndrome.

Pada saat kali kedua, saya mulai paham jalan cerita yang disajikan oleh sang sutradara. Saya memahami bagaimana sang tokoh sentral ingin sekali menemukan pembunuh dari sang istri dan juga bagaimana cara orang-orang di sekitarnya mempermainkannya dengan langkah memenfaatkan penyakit yang dideritanya. Sangat miris hati saya ketika melihat kehidupan Lenny yang begitu berat. Ia harus melakukan sesuatu untuk mengatasi penyakitnya. Menurut hemat Lenny, suatu penyesuaian harus dia lakukan untuk bertahan hidup. Bergerak menggunakan insting dan hidup dengan suatu rutinitas, itulah penyesuaian menurut hemat Lenny. Ia juga lebih mempercayai catatan yang ia punya daripada suatu ingatan, karena ingatan tidaklah sempurna, ingatan dapat dibelokkan. . Film juga menunjukkan dengan cantik bagaimana seorang Leornard Shelby hidup melalui sebuah penyesuaian yang sangat susah, ia harus bergantung terhadap secarik kertas dan pena agar ia tidak lupa apa yang terjadi dan apa yang harus ia lakukan untuk langkah selanjutnya. Tanpa pena dan kertas, Lenny dapat melakukan hal yang salah. Kejadian ini ditunjukkan ketiaka Lenny sedang berada di rumah Nathalie, diperankan oleh Carrie-Anne Moss. Pada saat itu, Nathaline berbohong bahwa ia telah dipukuli oleh pacarnya, Dodd, padahal bukan itu yang telah terjadi. Adegan ini dapat ditonton pada menit ke-69 sampai menit ke-77.

Seiring dengan berakhirnya film “Memento”, semua potongan-potongan adengan sebelumnya terrajut dengan jelas sehingga tergambar sangat jelas jalan cerita dari film “Memento”. Di penghujung film juga diceritakan bagaimana Teddy, yang sebenarnya adalah polisi yang membantu Lenny untuk membalaskan dendam Lenny, menceritakan kisah hidup dari Lenny yang sebenarnya. Cerita Sammy Jankis sebenarnya adalah cerita hidup Lenny namun alam bawah sadar Lenny tidak mau mengakui kebenaran tersebut. Teddy pun memberitahu bahwa orang yang telah ia bunuh adalah Jimmy G., orang yang hendak membunuh istrinya dan Teddy meminta agar Lenny berhenti. Lagi-lagi Lenny menyangkal itu semua, ia tak merasa bahwa orang yang telah ia bunuh adalah orang yang seharusnya dia bunuh.

Tepat tiga menit sebelum credit film “Memento” muncul, kita dapat melihat bahwa semenjak saat itu, kehidupan Lenny berlanjut karena ia berbohong kepada dirinya sendiri demi kesenangan pribadi. Ia sendiri yang membiarkan dirinya berjalan dalam jalan yang salah, tetapi Teddy dengan setia menemani Lenny agar suatu saat Teddy bisa merubah jalan pikiran dari Lenny.

Film “Memento” adalah film yang sangat luar biasa. Bisa membuat saya tertidur dan juga tercengang. Sang sutradara dengan indahnya membuat suatu film “bunuh diri”, beliau berani memberikan suatu tontonan yang berbeda dengan tontonan yang lainnya. Suatu seni yang indah dituangkan dalam membuat film ini, seni pencampuran alur dan penyisipan kisah yang berbeda yang sempurna. Akan terlihat seperti film yang sangat membosankan ketika tidak ada nilai artistik yang terkandung di dalamnya, terlebih lagi film “Memento” ini tidak disongkong dengan lagu pengiring di tiap-tiap adegannya. Lagu hanya hadir di bagian awalan dan akhiran, itu pun hanyalah instrumen (tidak di bagian credit)

Selain dari kelebihan yang sangat luar biasa, film yang berhasil mendapatkan ranting 8.5 dari skala 10 dari IMDb ini menyisakan pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat saya jawab setelah beberapa kali menonton, yaitu apakah benar kisah Sammy Jankis adalah kisah hidup Lenny yang sebenarnya dan apa tujuan sebenarnya Nathaline berteman dengan Lenny. Saya juga tidak dapat memahami mengapa sutradara memilih Jorja Fox untuk memerankan istri dari Lenny, karena ia tidak secantik dan terlalu berharga untuk dibalaskan dendamnya. Film ini tidak terlalu menghibur atau pun membuat saya puas karena emosi yang disajikan dari film ini tidak dimainkan. Dalam menonton film ini, saya hanya merasa prihatin, kesal dan bertanya-tanya, tidak ada perasaan yang lebih dari itu. Mungkin lagu yang pas akan membantu permainan emosi di film “Memento” ini. Satu poin terpenting dalam film ini adalah jangan membohongi diri sendiri demi kepentingan sendiri kalau tidak mau masuk ke jurang yang salah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun