Kabupaten Jember telah dinobatkan sebagai Kota Karnaval pertama di Indonesia yang bertaraf nasional dan juga internasional oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada tahun 2017. Penetapan Kabupaten Jember sebagai Kota Karnaval bukanlah tanpa alasan. Selama 16 tahun Kabupaten Jember menggelar karnaval tahunan, selain itu banyak prestasi yang diraih oleh Jember Fashion Carnaval (JFC) meliputi Best National Costume yang berhasil ditampilkan oleh JFC dalam ajang kompetisi internasional yang diikuti oleh 40 hingga 80 an negara di dunia, JFC juga telah meraih kemenangan yang menjadi Second Runner-Up pada International Carnaval de Victoria 2016 di Seychelles Afrika yang kemudian menjadikan JFC sebagai karnaval terbesar ketiga di dunia.
    JFC memanglah acara budaya yang membawa banyak manfaat, termasuk hiburan, promosi pariwisata, dan peningkatan pendapatan bagi kota penyelenggara yaitu Kabupaten Jember. Namun, tidak semua pengaruhnya positif. Berikut adalah beberapa implikasi negatif JFC terhadap ekonomi Kabupaten Jember:
1. Biaya Operasional yang Tinggi
  Penyelenggaraan JFC membutuhkan dana besar untuk keamanan, infrastruktur, dekorasi, dan promosi. Kabupaten Jember harus mengeluarkan anggaran besar untuk memastikan acara berjalan dengan lancar. Jika pendapatan yang diperoleh dari acara tersebut tidak sebanding dengan pengeluaran, Kabupaten Jember bisa mengalami defisit anggaran atau kondisi ketika pengeluaran melebihi pendapatan.
2. Gangguan Terhadap Bisnis Lokal
  Selama JFC berlangsung, jalan utama di Kabupaten Jember pastinya ditutup untuk keberlangsungan acara, apalagi Alun-Alun Jember yang merupakan pusat kota di Kabupaten Jember. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada bisnis lokal. Akses yang terbatas ini bisa mengurangi jumlah pelanggan yang berkunjung ke toko atau restoran yang tidak terkait dengan acara JFC, serta dapat menurunkan pendapatan mereka selama periode tersebut.
3. Ketergantungan Pada Pariwisata Temporer
   JFC yang merupakan produk wisata berbasis ekonomi kreatif yang sudah mendunia membuat hampir setiap tahun ribuan wisatawan domestik dan mancanegara datang ke Jember untuk menyaksikan JFC dalam jumlah besar. Namun, ini juga bisa menimbulkan ketergantungan yang tidak sehat pada pendapatan musiman. Jika Kabupaten Jember terlalu bergantung pada pendapatan dari JFC dan tidak berhasil menarik wisatawan sepanjang tahun, ekonomi lokal bisa menjadi tidak stabil dan rentan terhadap fluktuasi musiman atau mengalami perubahan nilai yang tidak menentu.
4. Kerusakan Infrastruktur
  Acara besar seperti JFC yang sudah bertaraf nasional dan bahkan internasional dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur kota, seperti di sepanjang jalanan yang dilewati JFC serta fasilitas umum lainnya, yang pada akhirnya menambah biaya perbaikan bagi pemerintah Kabupaten Jember. Jika kerusakan ini tidak segera diperbaiki, hal ini bisa menghambat kegiatan ekonomi jangka panjang.
5. Peningkatan Harga dan Inflasi Lokal
  Selama JFC berlangsung, harga barang dan jasa sering kali meningkat karena tingginya permintaan. Ini bisa menyebabkan inflasi lokal sementara, yang tidak hanya merugikan penduduk lokal tetapi juga bisa membuat Jember kurang menarik bagi wisatawan yang sensitif terhadap harga.
6. Masalah Lingkungan yang Mengurangi Kualitas Hidup
  Sampah yang dihasilkan selama JFC berlangsung, kebisingan, dan polusi bisa berdampak negatif pada kualitas hidup warga lokal. Biaya untuk membersihkan dan memulihkan lingkungan juga bisa menjadi beban tambahan bagi anggaran kota.
   Untuk mengatasi implikasi negatif dari JFC terhadap ekonomi kota, berikut adalah beberapa solusi yang bisa diterapkan:
1. Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran yang Efektif
 Pemerintah Kabupaten Jember harus memastikan perencanaan anggaran yang cermat untuk keberlangsungan JFC. Ini termasuk memperkirakan biaya secara realistis dan mengidentifikasi sumber pendapatan, seperti sponsor dan penjualan tiket, agar acara tidak membebani anggaran kota. Mengelola anggaran secara terbuka dan bertanggung jawab dapat mencegah pemborosan dana dan memastikan bahwa dana digunakan dengan efisien.
2. Manajemen Lalu Lintas dan Akses Bisnis
 Yang pertama yaitu rencana pengalihan lalu lintas. Untuk mengurangi gangguan terhadap bisnis lokal, pemerintah Kabupaten Jember bisa menyusun rencana pengalihan lalu lintas yang efektif. Ini bisa mencakup penetapan jalur alternatif dan pemberian informasi yang jelas kepada masyarakat umum. Yang kedua, kolaborasi dengan bisnis lokal dengan mengajak bisnis lokal untuk berpartisipasi dalam acara JFC, misalnya dengan menyediakan kios atau mengadakan promosi khusus selama acara, dapat membantu mereka tetap beroperasi dengan baik selama periode ini.
3. Memvariasikan Sumber Pendapatan Kota
 Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang pertama adalah pengembangan pariwisata sepanjang tahun dengan mengembangkan daya tarik wisata lainnya yang berkelanjutan sepanjang tahun dapat mengurangi ketergantungan pada pendapatan dari JFC saja. Misalnya, Jember dapat mempromosikan situs budaya seperti tari Labako, keindahan alam seperti pantai papuma, kampung durian, atau acara lain yang dapat menarik pengunjung sepanjang tahun. Yang kedua, investasi dalam infrastruktur serta meningkatkan kualitas infrastruktur dan pendidikan yang dapat membantu memperkuat ekonomi kota dalam jangka panjang, membuatnya lebih tahan terhadap fluktuasi musiman.
4. Pelestarian dan Pemeliharaan Infrastruktur
 Yang pertama dapat dilakukan pengelolaan infrastruktur yang baik. Pemerintah kota perlu memastikan bahwa infrastruktur yang digunakan selama JFC, seperti jalanan dan fasilitas umum lainnya dipelihara dengan baik sebelum dan setelah acara. Ini bisa dilakukan dengan mengalokasikan dana khusus untuk perawatan dan perbaikan infrastruktur. Yang kedua, pemanfaatan teknologi menggunakan teknologi untuk memantau kondisi infrastruktur secara real-time selama acara dapat membantu mengidentifikasi dan menangani kerusakan lebih cepat.
5. Pengendalian Inflasi Lokal
 Pemerintah kota dapat bekerja sama dengan pedagang lokal untuk mengontrol harga barang dan jasa selama periode JFC. Ini bisa dilakukan dengan menetapkan harga maksimum atau melalui kesepakatan sukarela untuk menjaga harga tetap stabil. Selanjutnya, mengedukasi masyarakat dan pengunjung tentang harga wajar dan mempromosikan konsumsi yang bijak dapat membantu mengendalikan inflasi lokal sementara.
6. Pengelolaan Lingkungan yang Lebih Baik
 Program pengelolaan sampah dengan menyediakan tempat sampah yang memadai dan mengadakan upaya untuk kesadaran lingkungan selama JFC dapat membantu mengurangi masalah sampah. Pemerintah kota juga bisa bekerja sama dengan organisasi lingkungan untuk membersihkan kota. Dan yang kedua, penggunaan teknologi ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dalam penyelenggaraan karnaval, seperti penerangan yang hemat energi atau bahan dekorasi yang dapat didaur ulang, dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
   Secara keseluruhan, meskipun JFC bisa memberikan dorongan ekonomi jangka pendek melalui pariwisata dan peningkatan aktivitas bisnis, JFC juga memiliki implikasi negatif seperti biaya operasional tinggi, gangguan pada bisnis lokal, kerusakan infrastruktur, dan inflasi lokal yang dapat menjadi tantangan serius bagi ekonomi kota. Penting bagi pemerintah kota untuk mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan biaya dalam menyelenggarakan JFC. Dengan penerapan solusi-solusi yang telah dibeberkan, diharapkan kota dapat meminimalkan pengaruh negatif JFC terhadap ekonomi lokal dan memastikan bahwa acara tersebut memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H