Mohon tunggu...
Aris Taoemesa
Aris Taoemesa Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar

Belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Cupunya" Integritas

7 Januari 2022   21:07 Diperbarui: 7 Januari 2022   22:04 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal positif yang bisa saya ambil dari hal tersebut adalah saya didoakan untuk menjadi orang yang benar-benar berintegritas. Integritas itu susah, dan saya menganggap diri saya masih kurang dalam hal ini. Saya pernah mencontek, saya pernah melanggar lalu lintas, pernah membuang sampah sembarang tempat, dan tindakan tidak berintegritas lainnya. Dan karena saya masih kurang, maka saya terus belajar untuk menjadi lebih berintegritas apalagi mengenai pekerjaan saya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di mana Integritas adalah sebuah keharusan.

Apa yang saya ingin sampaikan dalam tulisan ini bukan pada pokok untuk mengatakan ketidak-setujuan saya disebut, Aris Integritas, tapi mengajak kita semua untuk semakin menjunjung tinggi integritas sebagai bagian dari hidup kita. Siapa pun kita, apa pun pekerjaan kita, di mana pun kita, integritas adalah hal yang sangat penting.

Kalau kita menengok ke negara-negara maju, integritas adalah hal yang menjadi pondasi di kalangan rakyatnya. Contoh kecil integritas mereka adalah bagaimana mereka taat untuk tidak membuang sampah mereka dengan sembarang. Karena mereka sadar pentingnya lingkungan. Bahkan dibeberapa negara seperti maju seperti Australia malah guru akan lebih malu ketika anak didiknya tidak bisa mengantri daripada tidak bisa matematika. Ya, itu adalah ciri integritas terkecil.

Bagaimana pun, harus diakui bahwa membuang sampah sembarang tempat masih menjadi tradisi kita dan ketika banjir melanda kita saling menyalahkan. Mematuhi aturan lalu lintas hanya ketika ada polisi. Ketika polisi tidak ada, lalu lintas menjadi tak karuan dan bisa berdampak pada macet yang berkepanjangan dan bisa mempengaruhi mental kita juga.

Integritas harus dimulai dari hal kecil dan dibiasakan dan integritas harus diaplikasikan sama-sama. Bukan malah ketika ada seseorang yang belajar berintegritas, kita mulai memberikan stereotip yang sebenarnya mungkin berniat memberikan penghargaan, tapi karena terlau berlebihan menjadikannya bermakna “miring”.

Saya selalu ingat kalimat dari seorang pelawak kondang, Almarhum Drs. Kasino Hadiwidowo, "Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur".

Kalau bisa berintegritas sama-sama kenapa mesti harus menunjuk satu orang? Bukankah mengikuti hal positif itu baik? Dan sampai kapan kita akan terus tertinggal jika kita hanya selalu menjunjung tinggi “Cupunya Integritas”?

Yuk, berintegritas. Karena berintegritas itu keren!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun