Mendengar berita kematian seorang copywriter muda setelah 30 jam bekerja non stop membuat hati saya miris dan kembali teringat masa-masa dimana saya kerja di sebuah rumah pemotongan ayam yang pada peak season akan membuat para pekerja harus bekerja lembur secara gila-gilaan.
Dulu saya pernah kerja dari jam 7 pagi sampai jam 12 malam, selama seminggu penuh. Saya juga pernah beberapa kali kerja dari jam 7 pagi sampai jam 3 dini hari. Bahkan yang paling parah saya pernah kerja dari jam 8 malam sampai jam 11 siang. Jam kerja yang menurut saya keterlaluan. Tapi kenapa masih mau terus kerja di sana? For the sake of money. Bagi sebagian orang mungkin mudah untuk mendapatkan kerja, tapi bagi saya dan beberapa teman saya saat itu memang tidak ada pilihan lain. Toh kerja rodi semacam itu cuma saat peak season, menjelang bulan puasa sampai akhir lebaran dan pada masa-masa liburan sekolah.
Saya ingat banget waktu itu pernah pulang kerja jam 12 malam. Dan ketika itu capek bgt, lalu tak sengaja pas brosing di hp nemu tulisan Ollie di blog, judulnya Jakarta : City of Hope. Artikel itu membuat air mata saya meleleh. Sesaat rasa capek itu tak terasa lagi karena teringat ada orang-orang yang butuh kerja. Saya bersyukur karena masih diberi pekerjaan, apapun itu jenis pekerjaannya.
Bagi para bos yang mempekerjakan karyawan, please ingat karyawan kalian juga manusia, mereka juga butuh istirahat. Jangan pekerjakan mereka diluar batas. Lembur boleh saja, tapi ingat waktu.
@Risacotta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H