Di era ini, merupakan periode di mana teknologi digital mendominasi hampir setiap aspek kehidupan manusia. Mulai dari cara berinteraksi, berkomunikasi, bekerja dan hidup sehari - hari. Era digital ditandai dengan keterhubungan yang luas antara individu, perangkat dan sistem. Dalam hal ini internet memainkan peran utama untuk menyediakan akses global ke informasi, layanan dan komunikasi.
Masyarakat digital memiliki keterbukaan akses informasi yang luas dari berbagai sumber di seluruh dunia. Mereka dapat dengan mudah untuk mencari informasi, membaca berita, menonton video dan bahkan berkomentar mengenai konten yang dibaca atau ditonton. Namun sayangnya di dunia digital, Indonesia menduduki peringkat paling bawah dalam tingkat kesopanan digital global. Berbanding terbalik dengan budaya Indonesia yang asli, yaitu terkenal dengan keramahan, toleransi dan sopan santun yang kental dengan adat ketimuran.
Hal ini di ukur dalam survei Digital Civility Index (DCI) yang mengikut sertakan 32 negara dan Indonesia menduduki peringkat bawah yaitu peringkat ke-29. Menurut survei yang dilakukan Microsoft, hoax dan penipuan menjadi faktor tertinggi yang mempengaruhi tingkat kesopanan masyarakat Indonesia.
Pentingnya literasi dan penyebaran informasi menjadi hal yang penting untuk mencegah hoax dan penipuan di dunia digital. Selain itu membuat konten yang edukatif juga mampu membantu masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Mari menjadi masyarakat Indonesia yang tetap memegang teguh nilai-nilai dan tradisi budaya bangsa di tengah arus digitalisasi yang sedang berkembang pesat. Kita dapat menggabungkan teknologi modern dengan kekayaan budaya kita untuk membangun masa depan yang lebih baik dan tetap menjaga identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Arista Fitri Amalia, Mahasiswa ManajemenÂ
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H