Mohon tunggu...
Arissa Purilawanti
Arissa Purilawanti Mohon Tunggu... Freelancer - a girl

interest in films, psychology, health, economy, business.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Belajar Hal Baru

17 November 2020   12:03 Diperbarui: 17 November 2020   13:40 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar. Dalam hidup, kita akan terus belajar. Banyak sekali ilmu di dunia ini, yang rasanya mustahil untuk kita bisa pelajari semuanya. Dari berbagai bidang, berbagai kategori, berbagai kesenangan. Belajar selalu diawali dengan keingintahuan. Keingingan untuk kita bisa menguasai sesuatu. Dari yang awalnya tidak mengerti, sampai akhirnya bisa mengerti luar dan dalam. Itu lah tujuan akhir dari semua pembelajaran. Namun, rasanya sangat naif kalau kita mengaku benar-benar sudah belajar. Karena dunia yang dinamis ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Dan yang saya lihat, dari semua guru-guru dan semua pelatih di luar sana, mereka tidak pernah sekalipun mengakui mereka sudah mahir. Mereka selalu berkata, "Saya juga masih belajar, kok." Entah apakah mereka hanya merendah, atau hanya biar kita tidak tegang. Tapi aku selalu menyukai mereka yang sangat humble seperti itu. Dan aku juga ingin memiliki sikap seperti itu.

Belajar hal baru, merupakan tantangannya sendiri. Apalagi ketika kita belajar bersama orang-orang yang sudah lebih dulu terjun di lapangan. Rasanya pasti sangat malu dengan keluguan kita, kepolosan kita, ke clueless-an kita. Seperti pengalaman saya ketika belajar bernyanyi kemarin. Saya baru-baru ini mulai tertarik untuk menekuni keahlian bernyanyi saya. Dulu sih saya bernyanyi untuk senang-senang saja. Tapi karena saya ingin merilis mini album, sepertinya ada baiknya bila saya belajar satu dua hal tentang menyanyi. Maka saya daftar ke salah satu masterclass bernyanyi di Indonesia dengan vocal coach yang sangat ternama. Saya rasa, ini adalah tempat yang bagus untuk memulai. Dari ahlinya langsung. Ya, kan?

Di kelas, ternyata semua orang sudah sangat profesional. Dan saya, ternyata masih buta nada! Ibarat di kelas matematika, teman-teman yang lain sudah mahir aljabar, saya kabataku saja tidak tahu. Wow, rasanya sangat memalukan. Saya tahu vocal coach saya merasa sangat kasihan dengan saya dan sebenarnya ia ingin bilang, "Sana belajar dulu tangga nada. Ntar baru ikutan kelas ini." Tapi setidaknya beliau mempunyai manner yang cukup untuk tidak mengatakan hal itu. Untung ia tidak seperti Fletcher, guru drum yang horor di film Whiplash. Namun, saya selalu mengingatkan diri saya, "Gue baru mulai kemaren sore. Wajar. Maklumi diri sendiri." Dengan begini setidaknya, saya jadi tahu kekurangan saya dimana, dan apa yang saya harus benahi. 

Karena saya sudah sering belajar hal baru seperti ini. Dan sering salah juga. Saya merasa saya sudah memiliki imunitas resiliensi yang kuat. Dulu mungkin saya akan jatuh stress beberapa hari sampai akhirnya saya siap untuk belajar lagi. Namun, dengan terus belajar, dengan terus jatuh bangun, ternyata ada gunanya juga untuk mental saya. 

Untuk teman-teman, janganlah takut untuk mulai belajar dari awal, apapun yang teman-teman tidak pernah ketahui sebelumnya. Ayah saya, hampir 70 tahun, baru memulai untuk belajar main piano. Ia tidak peduli dengan apa yang teman-teman seumurannya katakan. Ia hanya ingin belajar untuk memenuhi kepuasaannya tersendiri. Dan itu adalah motivasi terbaik yang bisa kita pegang. Menurut saya, seberapa kuatnya motivasi ektsrinsik, tidak akan mengalahi motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik, yang bahan bakarnya kurang lebih adalah passion dan meaningfulness.

Motivasi saya untuk belajar bernyanyi adalah, karena saya ingin bisa bernyanyi lagu yang saya buat sendiri dengan bagus. Bukan karena ingin memenangkan Indonesian Idol, kontrak dengan label besar, bernyanyi dari satu panggung ke panggung yang lain, atau karaoke bersama teman-teman. Saya juga tidak berharap lagu saya viral, disukai dengan banyak orang, dan bisa menjadi komersil. Saya membuat lagu sendiri karena saya ingin memberikan pesan kepada dunia, meskipun hanya satu dua orang. Dan juga sebagai bentuk dari aktualisasi diri, memaksimalkan potensi yang saya miliki. Potensi adalah anugerah dari Tuhan yang harus kita terus kembangkan, bukan?

Dengan motivasi seperti itu, saya bisa memakai kacamata kuda. Tidak menghiraukan suara dari kiri dan kanan, yang bagusnya sudah seperti suara opera. Saya bisa memaksimalkan suara yang saya punya. Untuk lagu yang saya punya. Dengan begitu, saya tidak perlu takut lagi untuk belajar hal yang baru.

Selamat terus belajar!

// ARSP

17/11/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun