Mohon tunggu...
Aris Rizal
Aris Rizal Mohon Tunggu... -

a Volunteer, an Organizational, learn to be a writer, learn to be an entrepreneur . \r\nEmail : arisrizalgozali@gmail.com \r\nweb : blog.djarumbeasiswaplus.org/arisrizalgozali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Kotaku Sangat Indah” Dulu

3 Januari 2013   12:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:34 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini sepenggal kisah tentang kotaku. Orang biasa menyebutnya Kota Kembang. istilah nama yang indah bukan main. Kota ini melahirkan orang-orang hebat, baik seorang pejabat sampai dengan seniman yang luar biasa. kotaku sangat indah, tata ruang kota nan rapi dan indah, taman-taman yang bersih nan asri, sungai-sungai yang bersih, terkadang ketika kecil aku sering bermain dan berenang disana airnya sangat jenih. Namun…. Itu kisah ku dulu…

Sekarang rapuh rasanya..saat melihat dan mendengar kabar di televisi, internet dan media cetak bahwa saudara-saudara kita  skarang sedang terkena bencana alam longsor dan banjir. Gak tanggung-tanggung banjir yang menenggelamkan rumah-rumah warga sampai atap rumah. Menenggelamkan harapan semua orang.

Siapakah yang harus disalahkan atas bencana ini? Disaat seperti ini, barulah orang tersadar pentingnya mengelola tata ruang lingkungan, menjaga kelestarian lingkungan, menempatkan sampah-sampah pada tempatnya. Andai saja kau mendengar rintihan sungai-sungai “jangan kalian buang sampah-sampah itu padaku”. Andai pohon-pohon yang menyimpan cadangan air dan penyangga patahan tanah bisa bicara. “jangan kalian tebang aku membabibuta seperti ini”.

**

Saat aku menyusuri sudut-sudut kotaku yang dulunya orang-orang menyebutnya Kota Kembang. Kini sebutan yang pantas adalah kota sampah. Kerena hampir disetiap sudut terlihat sampah2 yang tak terkelola dengan baik, terlihat  sungai-sungai yang penuh dengan sampah, ulah tangan-tangan manusia. Sungai yang dulu bersih tempat masyarakat pinggiran sungai sebagai tempat memcuci bahkan maraup nafkah memancing ikan, kini sirna ditelan sampah-sampah yang membusuk. Tak ada lagi ikan-ikan untuk ditangkap. Sungai kian dangkal akibat tumpukan sampah dan limbah. Menjijikan bukan main.

Sekarang tak ada lagi sungai yang jernih seperti dulu. Tak ada lagi taman yang bersih dari sampah, tak terlihat lagi tatakota yang rapih dan indah. Yang ada tata kelola kota yang semraut dan kumuh.

Masih belum terlambat untuk memperbaiki ini semua. Ini bukan untuk orang lain, ini untuk diri kita, keluarga kita, generasi setelah kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita. Jika bukan hari ini dan saat ini, ntah akan jadi apa kota ini bahkan negeri ini. Mari Mulai dari hal yang terkecil. “CINTAI LINGKUNGAN KITA. TIDAK MEMBUANG SAMPAH LAGI KESUNGAI”  #Save.River. by: aris rizal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun