Mohon tunggu...
Aris Rasyid Setiadi
Aris Rasyid Setiadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa Yang Ingin Menulis

Instagram : aris_rasyid12 blog pribadi : https://immawanarisrasyid.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jakarta dan Yogyakarta, Mana yang Romantis?

1 April 2024   20:16 Diperbarui: 1 April 2024   20:21 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di Balik Kegelapan Kota Jakarta

Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang gemerlap, tersimpanlah kisah-kisah suka duka yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya adalah kisah seorang pemuda bernama Basuni. Basuni dan keluarganya berasal dari Banten, mereka ingin hidup lebih baik dengan mengadu nasib di kota tetangganya Jakarta.

Basuni adalah seorang anak muda yang penuh semangat, tinggal di salah satu permukiman padat di pinggiran Jakarta. Ibunya adalah seorang penjual sayur keliling, sedangkan ayahnya bekerja sebagai sopir taksi. Meski hidup dalam keterbatasan, Basuni tumbuh sebagai anak yang cerdas dan penuh cita-cita. Dia bercita-cita menjadi seorang arsitek dan ingin merubah wajah kota Jakarta yang penuh dengan kekacauan menjadi tempat yang indah.

Namun, perjuangan Basuni tidaklah mudah. Dia harus berhadapan dengan realitas keras kehidupan di Jakarta. Biaya kuliah yang mahal membuatnya harus bekerja sambilan sebagai tukang ojek daring di malam hari. Setiap malam, Basuni menempuh risiko di jalanan kota yang gelap dan tak terduga. Tetapi, impian besar akan masa depan cerah selalu menjadi pendorongnya.

Di sisi lain kota, ada Siti, seorang ibu tunggal yang berjuang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Setiap pagi, dia harus bangun lebih awal untuk menyiapkan dagangan makanan ringan yang akan dijualnya di pinggir jalan. Meski lelah dan terkadang kecewa dengan kerasnya kehidupan, Siti tetap berusaha tersenyum dan bertahan demi anak semata wayangnya.

Namun, takdir berkata lain. Suatu malam, Basuni yang tengah bekerja sebagai tukang ojek daring, tanpa sengaja menabrak Siti yang sedang menyeberang jalan. Keduanya terjatuh, dan Basuni segera membantu Siti yang terluka. Rasa bersalah Basuni semakin memuncak saat mengetahui bahwa Siti harus dirawat di rumah sakit dan keluarganya kehilangan satu-satunya penghasilan.

Melihat keadaan tersebut, Basuni merasa bertanggung jawab untuk membantu Siti dan keluarganya. Dia mengumpulkan sumbangan dari teman-temannya dan mencari pekerjaan tambahan di sela-sela kuliah dan pekerjaannya sebagai tukang ojek daring. Meski lelah dan terkadang putus asa, Basuni tidak pernah menyerah.

Sementara itu, Siti yang terkesan dengan kebaikan hati Basuni, berusaha sembuh dengan cepat. Setelah pulih, dia bergabung dengan Basuni dalam misi memperbaiki kehidupan keluarganya. Dengan tekad dan kerja keras, Basuni dan Siti berhasil membuka warung makan kecil di pinggir jalan. Warung itu menjadi tempat berkumpul bagi warga sekitar dan menjadi sumber penghasilan yang stabil bagi keluarga Siti.

Dari suka dan duka yang mereka alami, Basuni dan Siti belajar bahwa hidup di kota Jakarta tidak selalu tentang kemegahan dan kesuksesan, tetapi juga tentang kebersamaan dan empati. Meskipun Jakarta seringkali terlihat gelap dan kejam, namun di balik kegelapannya, ada cahaya kebaikan yang selalu bersinar terang.

Sinar Terang di Kota Budaya

Di Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan di Indonesia, terdapat sebuah kisah tentang seorang pemuda bernama Adam. Adam lahir dan besar di sebuah desa kecil di pinggiran Yogyakarta. Ayahnya bekerja sebagai seorang petani sederhana, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang rajin.

Adam memiliki semangat belajar yang tinggi. Meskipun kehidupan keluarganya sederhana, ia selalu berusaha keras untuk meraih impian dan mengubah nasib keluarganya. Setiap pagi, Adam berangkat ke sekolah dengan semangat yang membara. Ia adalah salah satu siswa yang paling cerdas di sekolahnya.

Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus bagi Adam. Keluarganya sering kali harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terkadang, hasil panen pertanian ayahnya tidak mencukupi untuk menghidupi mereka sehari-hari. Namun, meskipun dihadapkan pada kesulitan, Adam tetap teguh pada impian dan cita-citanya.

Suatu hari, Adam mendapatkan kesempatan yang luar biasa. Ia berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas ternama di Yogyakarta. Ini adalah kesempatan emas baginya untuk mengubah nasib keluarganya.

Namun, perjuangan Adam tidak berhenti di situ. Meskipun mendapatkan beasiswa, ia masih harus bekerja keras untuk menyeimbangkan antara kuliah dan pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi dirinya sendiri dan membantu keluarganya. Terkadang, ia merasa lelah dan hampir menyerah, tapi setiap kali ia melihat wajah bahagia ayah dan ibunya, ia mendapatkan kekuatan baru untuk terus maju.

Berkat kerja keras dan ketekunan Adam, ia lulus dengan nilai yang gemilang dan mendapatkan pekerjaan yang sangat diimpikannya di salah satu perusahaan terkemuka di Yogyakarta. Kini, ia bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya dan membantu membangun desanya.

Kisah hidup Adam adalah cermin dari perjuangan dan keteguhan hati. Meskipun menghadapi berbagai suka duka, ia tetap teguh pada impian dan tidak pernah menyerah. Di tengah kabut mendung kehidupan, Adam menemukan sinar terang yang membimbingnya menuju masa depan yang gemilang di tanah kelahirannya, Yogyakarta.

Lantas bagaimana dari kedua cerita diatas dapat menjadi pembanding manusia-manusia perantauan yang hidup di dua kota berbeda tersebut?

Hidup di kota Jakarta dan Yogyakarta menawarkan pengalaman yang berbeda, karena keduanya memiliki karakteristik dan dinamika kota yang berbeda. Dari berbagai cerita yang kita dapat, inilah perbandingan hidup di kedua kota tersebut:

Kepadatan Penduduk: Jakarta dikenal sebagai salah satu kota terpadat di Indonesia, dengan populasi yang sangat besar dan pertumbuhan yang cepat. Hal ini mengakibatkan kepadatan lalu lintas, polusi udara, dan kepadatan penduduk yang tinggi. Di sisi lain, Yogyakarta memiliki populasi yang lebih kecil dan relatif lebih sedikit tekanan dari kepadatan penduduk, membuatnya terasa lebih nyaman dan santai.

Biaya Hidup: Secara umum, biaya hidup di Jakarta cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Yogyakarta. Mulai dari harga sewa rumah, transportasi, hingga harga makanan dan kebutuhan sehari-hari, semuanya cenderung lebih mahal di Jakarta. Yogyakarta cenderung lebih terjangkau dalam hal biaya hidup, terutama untuk tempat tinggal dan gaya hidup sehari-hari.

Kualitas Hidup: Meskipun Jakarta menawarkan lebih banyak kesempatan karier dan infrastruktur yang lebih maju, kualitas hidup di Yogyakarta sering kali dianggap lebih baik oleh banyak orang. Yogyakarta dikenal dengan keindahan alamnya, keberagaman budayanya, dan suasana kota yang lebih santai. Ini membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi mereka yang menginginkan gaya hidup yang lebih sederhana dan terhubung dengan alam.

Lingkungan Kerja dan Pendidikan: Jakarta adalah pusat bisnis, keuangan, dan pemerintahan di Indonesia, sehingga menawarkan lebih banyak kesempatan kerja dan akses terhadap institusi pendidikan tinggi terkemuka. Yogyakarta juga memiliki beberapa perguruan tinggi terkemuka dan industri kreatif yang berkembang pesat, tetapi dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan Jakarta.

Kesejahteraan Sosial: Yogyakarta sering dianggap sebagai kota yang lebih ramah dan bersahabat, di mana hubungan sosial antarwarga lebih erat. Ini bisa membuat adaptasi dan integrasi menjadi lebih mudah bagi pendatang. Di sisi lain, Jakarta, dengan kepadatan dan kehidupan yang sibuk, mungkin menawarkan jaringan sosial yang lebih luas tetapi terkadang lebih anonim.

Akses Terhadap Hiburan dan Rekreasi: Jakarta menawarkan berbagai pilihan hiburan dan rekreasi, mulai dari pusat perbelanjaan, restoran mewah, klub malam, hingga acara seni dan budaya yang beragam. Yogyakarta juga memiliki banyak atraksi wisata, seni dan budaya tradisional, serta kegiatan alam yang menarik, tetapi dalam skala yang lebih kecil dan seringkali dengan nuansa yang lebih tradisional.

Dalam memilih di antara Jakarta dan Yogyakarta untuk tinggal, kita perlu mempertimbangkan kebutuhan dan prioritas hidup Anda. Baik Jakarta maupun Yogyakarta menawarkan pengalaman hidup yang unik dan menarik, dan keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lantas kota mana yang lebih 'romantis'? Jakarta tentu romantis dengan segala kemewahannya, namun sudah tentu menurut hemat penulis Yogyakarta, dimana Yogyakarta terbuat dari rindu, pulang dan angkringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun