Mohon tunggu...
Aris Purwanto
Aris Purwanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Membangun Peradaban Bangsa Melalui Jalan Literasi Desa

26 Desember 2017   20:20 Diperbarui: 26 Desember 2017   20:26 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

What is wrong with education ? pertanyaan tersebut adalah suatu ungkapan yang muncul ketika suatu masyarakat mengalami carut marut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pertanyaan tersebut muncul karena notabennya pendidikan adalah suatu pondasi yang sangat penting dalam membangun peradaban suatu bangsa, ketika kita menilik sejarah peradaban Negara-negara yang besar dan maju pastilah mereka adalah Negara yang besar pula dalam hal pendidikan sehingga menguasa ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjaga dan mendukung kegiatan berbangsa dan bernegara. 

Islam muncul kedunia arab dengan membawa risalah keilmuan, hal ini dibuktikan dengan turunnya ayat pertama kepada Nabiyullah Muhammad S.A.W. Al-Quran juga menjelaskan lewat Q.S Al-Alaq ayat 1-5, surat tersebut adalah suatu bukti bahwa berislam haruslah berkorelasi dengan tradisi keilmuan. "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Mencipta" adalah ayat pertama dalam surat tersebut, ayat ini menekankan bahwa pesan pertama kali yang disampaikan kepada Nabi Muhammad lewat malaikat Jibril tersebut tidak mempersempit makna iqro' secara terminologi. Iqro apapun yang bisa kita iqro namun tetap dengan mengedepankan "Bismirrabikalladzikholaq". 

Tradisi iqro yang telah berkembang dalam masyarakat islam kala itu membawa dampak munculnya renaissance of islam selama kurang lebih 6 abad lamanya, dari kota kecil bernama Yastrib kemudian berubah nama menjadi Madinah, suatu peradaban islam yang cerah dan mencerahkan dengan iman. Kala islam mencapai puncak tertinggi dalam konteks peradaban, disana lahir cendekiawan-cendekiawan yang tidak hanya fasih dalam ilmu fiqih namun juga mahir dalam ilmu pengetahuan secara universal. 

Namun bagaimana dengan keadaan umat dan bangsa kita saat ini?, Indonesia dengan penduduk muslim terbesar didunia adalah Negara yang besar pula dalam segala potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah, lebih dari 262 juta penduduk bukanlah hal yang kecil jika kita membandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki jumlah penduduk sebesar 327 Juta jiwa, namun kenapa Amerika dengan jumlah penduduk satu rangking diatas kita mampu menjadi Negara adidaya sedangkan kita tidak? maka kita harus kembali merefleksikan diri pada pertanyaan What is wrong with education ? apa yang salah dengan pendidikan ?, menurut The Word's Most Literate Nation (WMLN) tahun 2016 menyebutkan bahwa Amerika serikat menempati peringkat ke 7 dari 10 negara dengan tingkat literasi terbaik di dunia, sedangkan Indonesia dalam hal minat baca menempati peringkat ke 60 dari 61 soal minat baca, terlepas dari apa indikator yang dipakai oleh WMLN dalam melakukan penilaian tersebut, hasil diatas tentu merupakan suatu tamparan telak bagi kita, mungkin karena hal diatas maka muncul suatu ungkapan bahwa "orang Indonesia adalah individu yang suka berbicara namun malas ketika disuruh untuk membaca". Oleh karena hal diatas, maka minat baca di Indonesia harus kembali ditingkatkan dengan gerakan nyata yang tidak anya sebatas pada wacana maupun sumbangan pemikiran belaka.

Meningkatkan minat baca masyarakat tentu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan jalan, selain lewat jalur pendidikan secara formal para pegiat literasi harus mampu masuk menjemput bola ke masyarakat, kenapa kita harus menjemput bola? Karena tidak semua orang mampu mencicipi nikmatnya bangku pendidikan secara formal, oleh karenanya komunitas-komunitas baca selain berada dalam lingkungan-lingkungan akademisi harus pula ada yang masuk kepada lingkungan masyarakat desa secara langsung untuk mengimbangi ketimpangan pemikiran antara masyarakat kota dan desa. 

Salah satu komunitas yang muncul kepermukaan dengan konsep litarasi desa adalah Komunitas Panggon Sinau, komunitas yang didirikan pada tahun 2015 Merupakan komunitas yang diisi oleh beberapa mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, persahabatan yang telah terbentuk sejak dalam satu organisasi bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Al-Ghozali Fakultas Psikologi tersebut mampu melahirkan gagasan pengabdian masyarakat yang dikonsep secara sustainable dalam bentuk desa wisata, dalam desa wisata yang bertepat di Dusun Jayan, Desa Senting, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tersebut terdapat satu TBM (Taman Baca Masyarakat) Panggon Sinau yang telah di launching pada November 2017 lalu. Panggon sinau Me-Launching TBM tersebut dalam serangkaian acara Festival Waduk Cengklik yang telah dilaksanakan oleh Komunitas Panggon Sinau, PSB-PS UMS, UKP PIP, Komisariat Al-Ghozali Fakultas Psikologi serta warga dusun Jayan. 

TBM yang terdapat di sebelah Barat Waduk Cengklik tersebut adalah salah satu upaya untuk memberi ruang kepada masyarakat agar mampu menjangkau ilmu pengetahuan secara mudah dan murah sebagai upaya mengaktualisasikan salah satu kalimat dalam QS. Al-Baqarah ayat 257 "Minazzulumati Ilan-Nur", mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Semoga kedepan dapat muncul gerakan-gerakan literasi yang menjangkau masyarakat desa serta dapat berkorelasi lurus terhadap tradisi iqro kita sebagai bangsa yang besar. Sehingga dengan meningkatnya tradisi iqro dalam masyarakat membuat Indonesia mampu melahirkan generasi-generasi yang cerah dan mencerahkan serta terbebas dari belenggu kejumudan pemikiran.

*Penulis adalah Aris Purwanto, mahasiswa aktif di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun