Kota Banda Aceh dengan elevasi kurang 80 cm, menyebabkan sering terjadi banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi. Upaya untuk memperluas drainase terus dilakukan agar aliran air hujan dapat mengalir dikanal-kanal yang tersedia. Peran masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitarnya sangat dibutuhkan.
Beberapa titik di Kota Banda Aceh sangat berdampak dalam situasi hujan deras. Seperti di Jalan Hasan Saleh, Neusu, Jalan Moh.Jam ataupun di sekitaran jalan Batoh. Tidak kurang himbauan agar masyarakat tidak membuang sembarangan, namun demikian masih banyak terlihat dibeberapa sudut kota terkumpul sampah tidak pada tempatnya. Gempuran pembangunan hunian menjamur dipinggiran Kota Banda Aceh turut menyumbang perluasan titik banjir disebabkan tidak ada saluran pembuangan air yang terintegrasi.
Penimbunan lahan-lahan yang akan dibangun tentu membutuhkan banyak tanah timbun yang diambil dari pinggiran Kota Banda Aceh, seperti misalnya di Peukan Biluy Aceh Besar. Lokasi ini jelas sudah mendapatkan ijin untuk penggalian namun terlepas dari desakan pembangunan yang membutuhkan batu dan tanah untuk menimbun Kota Banda Aceh, kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan dan tangki-tangki air alami harus mengalami kerusakan parah.
Namun demikian, ditengah pandemi Covid 19 ini, daerah tersebut malah menjadi destinasi wisata bersepeda khususnya sepeda gunung. Masuk ke kawasan tersebut kita sudah di suguhi debu tanah jika pada musim panas ataupun jalan yang becek berlumpur jika kita gowes saat musim hujan. Aliran air disungai kecil sisi kiri jalan membuat suasana larut dalam nuansa pedesaan beberapa puluh tahun yang lalu, Lalu kita akan disuguhi tebing bukit yang curam dengan ketinggian puluhan meter.
Imajinasi kita akan berpetualang seolah berada pada masa sebelum ada peradaban saat melintas bukit-bukit gersang yang terbabat habis pepohonannya. Tentu saja banyak trek yang menantang untuk melintas dan menaklukan bukit yang terjajah itu. masih terdengan alat-alat berat mengangkut bebatuan becampur tanah merah dan kuning mengisi truk-truk yang hilir mudik tidak berhenti sepanjang hari, menyebar memasuki sudut-sudut kota dan pinggirannya.
Tidak hanya itu,tanah-tanah yang terlempar keluar dari truk tersebut membuat jalan berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan para Goweser sangat menikmati jalan yang bergelombang dengan bonus kubangan berisi lumpur hasil dari pengerukan tanah dan air hujan. Jika terus mengikuti jalan sampai keujung batas, maka kita kembali dibuat tercengang sebab Air Terjun Peukan Biluy menanti dengan hempasan airnyayang segar dan jangan terkejut Air Terjun ini saat tertentu akan surut dan hanya menyisakan bias air saja.
Selamat bersepeda dimasa Covid 19. Tetap semangat berolah raga.
3 November 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H